Archives

Post

TEKNIK PENYEMAIAN BENIH KARET

Untuk mendapatkan bibit karet yang baik harus melalui okulasi. Oleh karena itu perlu batang atas (entres) yang berasal dari kebun entres. Kebun entres adalah kebun yang dibangun untuk memproduksi batang atas. Bahan tanam yang digunakan adalah stump mata tidur dan ditanam dengan jarak tanam 1 m x 1 m. Biasanya kebun entres ini baru dapat dipanen pada umur 1,5 tahun setelah tanam. Batang entres ini dapat dipersiapkan sendiri atau membeli di pusat penelitian karet. Persiapan tanam dan penanaman. Sebelum penanaman di lapang, lahan perlu diajir untuk menentukan titik-titik penanaman. Tanaman karet ditanam dengan populasi 500 tanaman per hektar (jarak tanam yang digunakan dapat 8 m x 2,5 m atau 7 m x 3,3 m) dengan arah barisan utara-selatan. Lubang tanam dibuat 2 minggu sebelum tanam dengan ukuran 40 cm x 40 cm x 40 cm.


Post

Teknik Budidaya Tanaman Karet dalam Usaha Budidaya Tanaman Karet (tahap pembangunan kebun)

Pembibitan tanaman karet dilakukan dua tahap yaitu, persemaian benih dan pembibitan. Pesremaian bertujuan untuk menyeleksi kecambah yang tumbuh. Benih ditanam dalam bedengan selama maksimum 21 hari. Benih-benih yang tumbuh segera dipindahkan ke pembibitan. Benih-benih yang baru tumbuh setelah 21 hari dianggap afkir.


Post

Teknologi Budidaya Jagung di Lahan Kering

Untuk memenuhi kebutuhan jagung nasional diperlukan upaya peningkatan produksi melalui peningkatan produktivitas lahan dan tanaman serta perluasan areal tanam. Potensi pengembangan jagung terutama di lahan kering dinilai masih terbuka karena hasil rata-rata masih rendah yaitu 1,2 ton/ha. Padahal potensi hasil yang bisa dicapai adalah sebesar 4,5 ton/ha untuk varietas bersari bebas dan 5 – 7,6 ton/ha untuk jagung hibrida. Hal ini dapat ditempuh melalui penyempurnaan atau perbaikan teknologi produksi seperti penggunaan varietas unggul, pengolahan tanah sempurna, pemupukan, pengendalian hama penyakit terpadu serta penanganan panen dan pasca panennya.


Post

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS: Karet

Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan penting, baik sebagai sumber pendapatan, kesempatan kerja dan devisa, pendorong pertumbuhan ekonomi sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet maupun pelestarian lingkungan dan sumberdaya hayati. Namun sebagai negara dengan luas areal terbesar dan produksi kedua terbesar dunia, Indonesia masih menghadapi beberapa kendala, yaitu rendahnya produktivitas, terutama karet rakyat yang merupakan mayoritas (91%) areal karet nasional dan ragam produk olahan yang masih terbatas, yang didominasi oleh karet remah (crumb rubber). Rendahnya produktivitas kebun karet rakyat disebabkan oleh banyaknya areal tua, rusak dan tidak produktif, penggunaan bibit bukan klon unggul serta kondisi kebun yang menyerupai hutan. Oleh karena itu perlu upaya percepatan peremajaan karet rakyat dan pengembangan industri hilir.


Post

KELAS-KELAS BENIH

Oleh : Yusie Arisanti, SP., MSi
Dalam rangka mencukupi kebutuhan benih, benih dari varietas baru yang telah ditemukan dan resmi dilepas oleh  Menteri Pertanian  perlu diperbanyak. Perbanyakan benih tersebut dilakukan oleh lembaga-lembaga milik pemerintah maupun swasta (penangkar benih) yang legalitasnya jelas.  Lembaga tersebut membantu pemerintah dalam memproduksi dan memperbanyak benih varietas tanaman tertentu sedangkan pemerintah memberikan pengawasan terhadap benih yang dihasilkan dengan cara melakukan sertifikasi. Sertifikasi benih adalah rangkaian yang dilakukan oleh lembaga sertifikasi melalui pemeriksaan lapangan, pengujian laboratorium dan pengawasan serta memenuhi semua persyaratan untuk diedarkan. Dari kegiatan sertifikasi akan diperoleh sertifikat benih. Sertifikasi dilakukan oleh pengawas benih tanaman yang berada di UPTD Perbenihan/IP2MB yang berada di Propinsi.


Post

PEMURNIAN KEBUN ENTRES KARET DI KAB. TANAH BUMBU DAN KAB.KOTA BARU, PROV. KALIMANTAN SELATAN Oleh : Muhaemin, AM.d

Penggunaan bahan tanaman karet unggul merupakan modal dasar dalam menentukan keberhasilan usaha perkebunan karet. Untuk memenuhi ketersedian entres karet yang sesuai dengan standar, maka kebun-kebun entres yang ada sebagai sumber benih batang atas perlu di murnikan. Kegiatan pemurnian Kebun entres karet  di Provinsi Kalimantan Selatan  dilakukan oleh Indra Eddy Susanto,SP Petugas PBT dari Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP) Medan,  Mashudi,A.Md dari UPTD Perbenihan Prov. Kalimantan Selatan, Muhaemin,A.Md PBT dari Ditjen Perkebunan  dan di damping oleh petugas dari Kab. Tanah Bumbu.


Post

Sasaran Jangka Panjang Perkebunan Karet

Arah pengembangan karet
 ke depan lebih diwarnai oleh kandungan IPTEK dan kapital yang makin tinggi agar lebih kompetitif.
Tujuan pengembangan karet ke depan adalah mempercepat peremajaan karet rakyat dengan menggunakan klon unggul, mengembangkan industri hilir untuk meningkatkan nilai tambah, dan meningkatkan pendapatan petani.


Post

Pertumbuhan ekspor karet alam Indonesia

Pertumbuhan ekspor karet alam Indonesia selama enam tahun terakhir (2000-2005) adalah sekitar 7,96%. Pertumbuhan ekspor karet alam Indonesia cenderung stabil, sedangkan nilai ekspornya berfluktuatif  karena terkait dengan harga ekspor karet.  Harga ekspor karet Indonesia sangat tergantung pada harga  karet  alam Internasional, penawaran dan permintaan. serta daya saing ekspor karet alam Indonesia dibandingkan dengan ekspor dari negara-negara pengekspor lainnya, seperti Thailand dan Malaysia.


Post

Kebijakan Pengembangan Agribisnis Karet

Kebijakan operasional di tingkat on farm yang diperlukan bagi pengembangan agribisnis karet
 adalah:
  1. Penggunaan klon unggul dengan produktivitas tinggi (3000 kg/ha/th)
  2. Percepatan peremajaan karet tua seluas 400 ribu ha sampai dengan 2009 dan 1,2 juta ha sampai dengan 2025
  3. Diversifikasi usahatani karet
 dengan tanaman pangan sebagai tanaman sela dan ternak
  4. Peningkatan efisiensi usaha tani.


Post

Cara Membuat Bibit Karet Okulasi

Bibit karet okulasi didapatkan dengan cara menempel mata-pucuk dari batang entres ke bibit karet batang
 bawah (biasanya asalnya dari persemaian biji GT). Petani
 harus mengetahui tipe bahan tanaman (nama klon dan 
keasliannya: sumber batang entres) untuk mendapatkan bahan tanaman yang terjamin kualitasnya, Batang entres dapat diperoleh dari kebun entres. Kemurnian klon sering bermasalah dalam hal keasliannya, oleh karena itu hanya kebun entres
 yang terjamin kemurniannya dan kualitasnya yang dapat
 dipergunakan.


Post

Tahapan Pembuatan Bibit Karet Klon Unggul

Terdiri dari beberapa tahap :

  1. Pembuatan  batang bawah (tempat melekatnya mata okulasi/entress/bakal bibit)
  2. Pembuatan  kebun entress ( kebun unggul turunan/pohon sumber mata okulasi )
  3. Penyiapan bahan tanam ( Stum mata tidur , Stum mini , Bibit dalam polybag dan Stum tinggi .


Post

Sifat-sifat Skunder Karet


Klon karet unggul yang dianjurkan selain mempunyai potensi produksi lateks(getah) yang tinggi juga diharapkan mempunyai sifat sekunder yang baik. Sifat-ssifat sekunder tersebut antara lain adalah pertumbuhan lilit batang pada masa Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) maupun Tanaman Menghasilkan (TM) relatif cepat, Tebal Kulit (TK) yang baik, Disamping itu juga memperhatikan Ketahanan Terhadap Angin (KA), Kering Alur Sadap(KAS), Respon Terhadap Stimulan (RS), dan Resistensi Klon terhadapPenyakit Gugur Daun Oidium (OI), Colletotrichum (Coll), Corynespora(Cory), dan Jamur Upas (JU).


Post

Potensi Produksi


Data potensi produksi lateks merupakan produksi kumulatif selama 5 tahun, 10 tahun, dan 15 tahun  sadap. Potensi ini menggambarkan produksi pada awal sadap yaitu hasil sadapan kulit perawan/pertama dan produksi lanjutan yaitu hasil sadapan kulit pulihan. Potensi produksi kelompok klon anjuran komersil adalah sebagai berikut :


Post

Rekomendasi Klon Karet 2006 - 2010

Berdasarkan rumusan lokakarya nasional pemuliaan tanaman karet tahun 2005, klon-klon karet yang direkomendasikan untuk periode tahun 2006-2010 terdiri atas dua kelompok , yaitu klon anjuran komersil dan klon harapan . kelompok klon anjuran komersil merupakan sekelompok klon yang telah diuji dan dapat dikembangkan oleh pengguna(petani dll). Klon-klon ini sudah berupa benih bina, kecuali klon IRR 42 dan IRR 112 masih dalam proses pengajuan untuk pelepasannya sebagai benih bina . sedangkan klon harapan merupakan klon yang mempunyai potensi pertumbuhan dan produksi tinggi tetapi belum berupa benih bina . kedua kelompok klon tersebut adalah sebagai berikut :


Post

Investasi Kebun Karet


Pemerintah telah menetapkan sasaran pengembangan produksi karet alam Indonesia sebesar 4 juta ton pada tahun 2025 sasaran tersebut hanya dapat dicapai apabila 85 persen areal perkebunan karet rakyat telah menggunakan klon unggul . Rekomendasi klon adalah sejumlah klon yang dianjurkan berdasarkan hasil rumusan lokakarya nasional  pemuliaan tanaman karet untuk periode tertentu rumusan ini disusun berdasarkan data pertumbuhan produksi dan sifat-sifat sekunder yang diperoleh dari hasil pengujian pada beberapa lokasi selama beberapa tahun sesuai dengan tahapan pengujian .


Post

Sistem Kelembagaan dan Pemasaran


A.  Pemasaran dan Penentuan Harga Bokar
1. Sistem dan Pemasaran Bokar
Pemasaran Bokar merupakan kegiatan ekonomi yang berfungsi menyampaikan bokar dari petani kepabrik pengolah ( SIR, RSS, Lateks Pekat ) dan selanjutnya diekspor atau dijadikan barang jadi karet.


Post

Pengelolaan Bahan Olahan Karet


Mutu bahan olah karet rakyat (bokar) sangat menentukan daya saing karet alam Indonesia dipasar International. Dengan mutu bokar yang baik akan terjamin permintaan pasar jangkan panjang . Mutu bokar yang baik dicerminkan oleh Kadar Kering Karet (KKK) dan tingkat kebersihan yang tinggi. Upaya perbaikan mutu bokar harus dimulai sejak penanganan lateks di kebun sampai dengan tahap pengolahan akhir.


Post

Penyadapan Tanaman Karet


Penyadapan merupakan suatu tinndakan pembukaan pembuluh lateks, agar lateks yang terdapat didalam tanaman karet luar. Cara penyadapan yang telah dikenal luas adalah dengan mengiris sebagian dari kulit batang. Sistem penyadapan diharahpkan mampu menghasilkan lateks yang banyak, biayanya rendah, dan tidak mengganggu kesinambungan produksi tanaman. Oleh karena itu pelaksanaan penyadapan harus mengikuti aturan atau norma yang benar.


Post

Gulma di Perkebunan Karet dan Pengendaliannya


Gulma pada tanaman adalah tumbuhan yang tumbuh disuatu tempat dan pada waktu tidak tepat sehingga keberadaanya tidak dikehendaki karena menganggu pertumbuhan tanaman, terganggunya aktifitas pemeliharaan, penurunan produksi sampai dengan kematian tanaman sehingga dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup tinggi apabila tidak segera dikendalikan.


Post

Pengobatan Penyakit Tanaman Karet


Sebaiknya dilakukan pada waktu serangan dini untuk mendapatkan keberhasilan pengobatan dan risiko kematian tanaman .Bila pengobatan dilakukan pada waktu serangan lanjut maka kberhasilan pengobatan hanya mencapai dibawah 80%.
Cara penggunaan dan jenis yang dianjurkan adalah :


Post

Pengendalian Penyakit Tanaman Karet


Penyakit pada tanaman karet sering menimbulkan kerugian ekonomis pada perkebunan karet rakyat . kerugian yang ditimbulkan tidak hanya berupa kehilangan hasil akibat kerusakan tanaman, tetapi juga biaya yang dikeluarkan dalam upaya pengendaliannya. Oleh karena itu langkah-langkah pengendalian secara terpadu dan efisien guna memperkecil kerugian akibat penyakit tersebut perlu dilakukan.


Post

Pemupukan Tanaman Karet


Pada saai ini pemupukan menjadi semakin penting karena perkebunan karet menggunakan klon-klon unggul. Pemkaian klon unggul yang berproduktivitas tinggi akan meningkatkan jumlah hara yang terkuras dari tanah yang pada akhirnya memerlukan tambahan hara melalui pemupukan.
Oleh karena itu pada dasarnya Pemupukan bertujuan untuk :


Post

Tanaman Sela Karet


Tanaman sela karet merupakan usaha pendukung untuk mengoptimalkan usaha tani karet yakni sebagai tambahan sumber pendapatan baik pada masa tanaman karet belum menghasilkan serta sebagai peningkatan daya guna tenaga kerja , pupuk dll yang bermanfaat bagi tanaman karet dan tanaman sela. Pola tanaman sela bagi perkebunan karet dapat dibagi dua yakni tahap Pola tanaman sela pada usia tanam karet sebelum 3 tahun dan pola tanaman sela pada usia karet lebih dari 3 tahun.


Post

Persiapan Tanam dan Penanaman Karet


A. Persiapan tanam
Penanaman bibit tanaman harus memilih waktu yang tepat dan pengelolaan lahan tanam dan jarak tanam yang baik agar terhindar dari  tingginya angka kematian dilapangan .
Persiapan tanam sebaiknya selesai dilakukan satu bulan sebelum penanaman . kegiatan persiapan tanam terdiri dari Pengajiran ( jalur tanam & jarak tanam ) dan Pembuatan Lubang Tanam . Jumlah tanaman karet dalam satu hektar berkisar antara 500 – 600 tanaman/hektar yang dibuat berdasarkan variasi jarak tanam.dan  kondisi lahan tanam . pola tanaman karet pada umumnya menggunakan jarak tanam 7 x 3 meter, jarak tanam 7 m diletakkan pada arah utara – selatan dan jarak tanam 3 meter diletakkan pada arah timur – barat hal ini dilakukan jika direncanakan tanaman pangan untuk tanaman sela maka persaingan didalam mendapatkan sinar matahari dapat diatasi.


Post

Cara Memilih Benih Karet yang Baik

Tanaman karet (hevea brasilliensis) adalah merupakan tanaman tahunan. Satu siklus tanam yang dihitung dari saat penanaman di lapangan sampai dengan peremajaan memakan waktu 25 tahun. Hal ini berarti pemilihan bahan tanaman dilakukan hanya sekali dalam 25 tahun. Pemilihan bahan tanam harus dipertimbangkan secara cermat karena adanya kekeliruan dalam pemilihan bahan tanam akan berdampak negatif terhadap perkebunan dan terhadap usaha karet alam nasional.


Post

Teknologi Budidaya Karet

Untuk membangun kebun karet diperlukan manajemen dan teknologi budidaya tanaman karet yang mencakup, kegiatan sebagai berikut:
• Syarat tumbuh tanaman karet
• Klon-klon karet rekomendasi
• Bahan tanam/bibit
• Persiapan tanam dan penanaman
• Pemeliharaan tanaman: pengendalian gulma, pemupukan dan pengendalian penyakit
• Penyadapan/panen


Post

Prospek dan Peluang Pasar Karet

Karet (termasuk karet alam) merupakan kebutuhan yang vital bagi kehidupan manusia sehari-hari, hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, conveyor belt, sabuk transmisi, dock fender, sepatu dan sandal karet. Kebutuhan karet alam maupun karet sintetik terus meningkat sejalan dengan meningkatnya standar hidup manusia. Kebutuhan karet sintetik relatif lebih mudah dipenuhi karena sumber bahan baku relatif tersedia walaupun harganya mahal, akan tetapi karet alam dikonsumsi sebagai bahan baku industri tetapi diproduksi sebagai komoditi perkebunan.


Post

Info Bibit Sawit

1 . BIBIT SAWIT

a . bibit sawit sertifikat :

* . jenis marihat Rp 24.000/batang( lokasi lampung)
usia 1.5 s/d 2 tahun . lingkar diamater batang bawah up 25 cm stock
tanpa batas

* . jenis sofin ( sucofindo ) Rp.32000/batang( lokasi palembang)
usia 1.5 s/d 2 tahun . lingkar diameter up 25 cm stock 200 ribu batang


Post

Menkominfo Harus Bertanggung Jawab Soal Penyedotan Pulsa

Ketua Komisi I DPR, Mahfudz Siddiq mengatakan banyaknya keluhan pulsa tersedot dari para pemakai ponsel merupakan bagian yang harus diselesaikan Menkominfo, Tifatul Sembiring bersama operator telepon seluler. Pasalnya, hal itu sudah menjadi tanggung jawab mereka.
"Memang harus menjadi perhatian pemerintah dan operator. Operator kan bisa memblokir nomor-nomor layanan tersebut. Pihak pemerintah dalam hal ini Menkominfo harusnya lebih tegas memberikan sanksi bagi operator yang nekat membiarkan," ujar Mahfudz di gedung DPR, Jakarta, Rabu (5/10/2011).
Menurut Mahfudz, tindakan tersebut sudah termasuk pidana. Karena itulah dirinya mendorong kepolisian segera melakukan tindakan-tindakan preventif dan sanksinya.


Post

Indonesia Impor 30 Juta Benih Sawit Dari Costarica

Indonesia mengimpor benih sawit dari Costarica, salah satu negara di Amerika Latin sebanyak 20 juta hingga 30 juta benih tahun ini untuk mencukupi kekurangan dalam negeri. Dirjen Perkebunan Departemen Pertanian, Achmad Mangga Barani di Jakarta, Senin mengatakan, saat ini dari kebutuhan benih sawit nasional sebanyak 230 juta benih masih terdapat kekurangan sekitar 70-80 juta karena produksi dalam negeri baru sekitar 160 juta per tahun.


Post

Puluhan Ribu Bibit Sawit Ilegal Dimusnahkan

Balai Karantina Pertanian (BKP) kelas II Palu, Sulawesi Tengah memusnahkan 69 ribu lebih benih kelapa sawit asal Costa Rica dan Malaysia. Pasalnya, puluhan ribu benih kelapa sawit impor yang dimusnahkan itu tidak memiliki dokumen resmi.
Dalam pemusnahan yang dilakukan di halaman kantor BKP Kota Palu, Ahad (2/10) petugas gabungan menumpahkan satu per satu dos berisi bibit sawit ke wadah khusus yang telah disiram minyak tanah dan membakarnya.
Kepala BKP Palu Abidin mengatakan puluhan ribu bibit sawit yang dimusnahkan itu merupakan hasil razia di sejumlah distributor bibit sawit beberapa bulan lalu. Penyitaan dilakukan karena bibit sawit ini tidak memiliki dokumen resmi, sehingga melanggar undang-undang nomor 16 tahun 1962.
Padahal, Abidin menegaskan, pendistribusian bibit kelapa sawit di Sulawesi Tengah harus sesuai dengan mekanisme dan peraturan sehingga benih-benih yang didistribusikan benar-benar aman.


Post

Penambangan Emas Banyuwangi Berkilau Petaka

Matahari mulai condong ke barat, ketika Bejo ditemani istri dan anak keempatnya, menunggu waktu melaut di joglo samping tempat pelelalangan ikan Pantai Puger, Banyuwangi, Rabu (09/04/08) ini. Sesekali, laki-laki 60 tahun itu melemparkan pandangannya ke arah Gunung Tumpang Pitu dan Pulau Merah, yang berjarak 5 Km ke arah timur. “Mungkin, inilah saat terakhir Saya melihat Gunung itu, sebentar lagi, gunung itu akan hilang karena ada penambangan emas,” kata Bejo.


Post

Bisnis cemerlang sepeda usang

Alas plastik biru yang tergelar di trotoar samping kiri alun-alun Kota Ponorogo, Minggu (6/1), memang tidak istimewa. Bekas-bekas olie yang tertoreh di atasnya jelas menampakkan keusangan lembaran yang biasa digunakan untuk atap kaki lima itu. Barang yang tersaji di atasanya pun sama. Hampir seluruhnya barang bekas. Seperti garpu depan sepeda, jok, pedal, lampu depan hingga dinamo. Meski begitu, barang bekas itu dijual dengan harga fantastik hingga Rp.1,5 juta perbuah. Wow!


Seperti itulah gambaran bisnis kletikan sepeda kuno. Kata "kletikan" diambil dari kata "kletik", sebutan bahasa jawa untuk makanan kecil atau snack. Bisnis kletikan sepeda kuno berarti bisnis untuk barang-barang asesoris sepeda kuno. Mulai stang, pompa, lampu, spion, jok belakang hingga sandaran bawah. Tidak hanya itu, kletikan juga menyediakan asesoris tambahan yang membuat sosok pengendara sepeda kuno kelihatan lebih lawas. Seperti topi, tempat kacamatan sepeda, tas sepeda sampai senapan angin model lama.

Budiyono, pemilih bisnis kletikan sepeda kuno yang Minggu ini menggelar dagangannya itu mengungkapkan bisnis kletikan memang tergolong baru di Indonesia. Setidaknya, sejak 10 tahun terakhir ini bisnis itu mulai marak, seiring semakin banyak orang yang memiliki hobby memelihara sepeda kuno. Budi sendiri mengaku baru bermain di bisnis ini sejak 2 tahun belakangan. "Sebelumnya, saya hanya berdagang peralatan sepeda dan becak saja," kata Budi pada The Jakarta Post, Minggu ini. Meski demikian, dirinya mengaku mengetahui seluk beluk sepeda kuno sejak lama.

Kakek Budi, Hing Tjhun adalah "pemain lama" dalam bisnis sepeda dan becak di Madiun, Jawa Timur. Sejak tahun 1940-an, laki-laki keturunan China itu membuka toko dan service sepeda dan becak di Kota Brem itu. Bisnis yang dirintis dari hobby itu berkembang pesat. Toko sepeda Panca Jaya menjadi bisnis turun temurun. Pada tahun 1956, anak Hing Tjhun yang juga ayah Budi, Hindarto Utomo meneruskan bisnis sepeda angin ittu. "Setelah ayah merasa tua, ganti saya meneruskan bisnis itu sejak tahun 1996," kenang Budi.

Yang menarik, kenang Budi, sejak dahulu Hing Tjhun selalu meminta anak dan cucunya untuk menghargai sepeda. Dalam setiap acara keluarga Hing Tjhun mengatakan bahwa suatu saat sepeda akan kembali dicari orang dan menjadi barang mahal. Nasehat itu menjadi kenyataan ketika Budi mulai mengenal bisnis sepeda kuno. "Awalnya saya membeli sepeda kuno jenis Hima, setelah itu saya mulai mencari sepeda kuno lain dan mulai menjualnya," kata Budi. Sepeda termahal yang pernah dijual Budi adalah jenis Gazelle "perempuan" seri 11 dengan harga Rp. 17,5 juta. Bergelut dengan sepeda kuno membuka ranah bisnis baru beruba asesoris sepeda atau kletikan.

Berbeda dengan bisnis jual beli sepeda utuh, kletikan sepeda kuno lebih rumit. Pada penjual sepeda harus teliti melakukan pencarian. Bisa jadi, barang-barang lama itu tergeletak bagai barang rongsokan tidak berguna. Namun setelah diteliti, ternyata rongsokan itu adalah asesoris yang dicari kolektor. Seperti dinamo bermerk Bosch buatan Jerman. Dinamo yang dijajar bersama dengan barang kletikan lain di atas terpal biru itu didapatkan Budi dari penduduk warga Walikuku, Ngawi Jawa Timur.

"Dinamo ini banyak dicari kolektor karena unik dan kuat, harganya Rp.1 juta," katanya sambil menunjukkan dinamo berukuran 15 cm meter berbentuk botol itu. Juga lampu depan sepeda bermerk Lucas yang kini terpasang di sepeda Hima milik Budi. Lampu kuningan itu dipatok dengan harga Rp.2,5 juta. Yang tidak kalah menariknya adalah senjata kuno laras panjang yang dimiliki Budi. Senjata yang didapatkan dari pensiunan Polisi itu dijualnya dengan harga Rp.1 juta. "Senjata ini asli dan masih berfungsi," katanya sambil mendemonstrasikan senjata yang mirip pipa karatan itu.

Sejak sepeda kuno mulai naik daun, harga barang-barang sepeda kuno yang ada melonjak drastis. Bila sebelumnya, masyarakat tidak "melek" harga, namun kini sudah berani mematok harga tinggi. Sebut saja stir bermerk Simplex Sikalit. Dulu orang tidak paham keunikan stir jenis itu, yang memiliki rem menjadi satu dengan stir utama. Namun kini, harga termurah yang dibuka untuk stir jenis itu adalah Rp.350 ribu perbuah. "Kalau dulu, siapa yang tahu dan peduli," kata Budi.

Romin, anggota Prima Ontel Club (POC) Jakarta mengungkapkan bergelut dengan sepeda kuno adalah hobby yang murah-murah-mahal. Maksudnya, bisa tampak sangat mahal, namun tetap saja "hasil"nya terlihat. "Memang perlu uang jutaan untuk memberli sepeda kuno, namun bila dipakai, kan kita bisa sehat," kata Romin yang hadir di Ponorogo dalam rangka Pawai Sepeda Kuno yang digelar dalam rangkaian Grebeg Suro Ponorogo. Romin sendiri memiliki lima sepeda kuno. Sepeda termahal bermerk Union yang dibelinya dengan harga Rp.5 juta. Total biaya yang dikeluarkan Romin untuk hobinya berkisar Rp.15 jutaan.

Dunia sepeda kuno mengenal tiga jenis penghobby. Yakni pemakai, pencandu dan pengedar. Kategori "pemakai" adalah orang-orang yang mengambalikan fungsi sepeda sebagaimana mestinya. Sebagai alat transportasi. Sementara "pecandu", lebih gila dengan kekunoan. Semakin kuno sepeda dan barang-barangnya, semakin puas untuk dimiliki. Penghobby jenis ini paling banyak membelanjakan uangnya. "Sementara pengedar lebih memilih untuk memasarkan sepeda kuno dan asesorisnya, namun semuanya pasti tetap mengeluarkan uang untuk kebutuhan hobbynya," kata Fahmi, anggota Komunitas Ontel Batavia (Koba) Jakarta. Tak heran, bila bisnis sepeda usang itu begitu gemilang.


Post

Cerita tentang kondom untuk mama

Raut muka Eva Yuliawati mendadak berubah ketika dirinya melihat contoh kondom perempuan untuk pertama kali. Pelan-pelan ibu rumah tangga dua anak itu menjinjing kondom bermerk Fiesta itu dan memperhatikannya lebih dekat. "Apa kondom ini yang harus saya masukkan ke vagina? Apa tidak sakit?" katanya singkat sambil memperhatikan benda lembek itu dari segala arah. "Kayaknya terlalu besar," komentarnya.


Kondom perempuan memang bukan barang baru di Indonesia. Di akhir tahun 90-an, alat kontrasepsi yang di desain khusus untuk perempuan itu sudah dikenal. Hanya saja, karena peminatnya belum banyak ditambah harga yang cukup mahal, kondom perempuan sulit ditemui di apotik atau toko obat. Untuk mendapatkannya, bisa membeli ke toko obat atau sex shop di luar negeri yang membuka sistem jual beli secara online di internet.


Post

Robot Hijau Ramah Lingkungan

Robot dan teknologi bukan perusak lingkungan. Robot juga bisa membantu manusia menyelamatkan lingkungan. Itulah tema lomba robot hijau dalam Kontes Robot Maranatha (Kroma) di Bandung, 16-17 September lalu.


Dalam kontes yang diselenggarakan oleh Jurusan Teknik Elektro Universitas Kristen Maranatha, Bandung, itu, robot harus menjalankan misi memilah sampah organik dan membawanya ke tempat pembuangan untuk diolah kembali.

Robot seukuran mobil remote control itu harus berjalan di arena bergaris hitam kotak dan melengkung. Mereka harus bisa keluar dari garis untuk menghindari halangan dan kembali ke garis berikutnya. Sayang, banyak yang gagal melakukan tugas itu.

Bila dibandingkan dengan kontes robot tingkat nasional, misi yang dilakukan tergolong sederhana. Sebab, kontes ini tidak melombakan pembuatan robot dari nol. Para pesertanya pun pelajar sekolah dasar hingga sekolah menengah ke atas dan kejuruan.

Dalam kontes robot ini, mereka ditantang untuk merakit "otak" robot yang ditanam dalam prosesor. Sedangkan robot yang digunakan tak dibatasi asal-usulnya. Robot tersebut boleh didatangkan dari negara mana pun.

Meski berusia belia, tiap peserta harus dapat memperbaiki sendiri program yang menjalankan robot mereka. Setelah gagal pada putaran awal, tiap tim dibolehkan mengutak-atik program menggunakan laptop.

Dalam kontes hari pertama, yang dilangsungkan bagi kategori senior, lomba diikuti delapan tim pelajar SMA dan SMK. Peserta dari Bandung, Solo, juga Tangerang menjajal kelihaian robot mereka keluar dari ruang labirin berukuran 1,2 x 2 meter.

Dalam kontes itu, robot diberi misi memilah sampah organik yang ditandai dengan warna hijau dan non-organik bertanda merah. Tiap robot harus bisa membedakan benda berwarna hijau dan merah.

"Sampah organik itu harus diangkut ke tempat sampah untuk diolah. Jalan menuju tempat sampah itu menanjak," kata Muliady, ketua panitia kontes robot.

Gelar juara di kategori senior diraih oleh Brian Billy dari SMA Kristen BPK Penabur, Bandung. Peringkat kedua diraih rekannya, Alson Cahyadi. Sedangkan posisi ketiga untuk robot buatan Ray Paulus dan Pranandika Jaya dari SMA Kristen Trimulia, Solo.

Penghargaan khusus diberikan kepada Samuel dan Ricky dari SMAK Trimulia. Sedangkan proposal terbaik diraih oleh Kristanto dan Nathanael, pelajar SMAK 1 Surakarta.

Tiap pemenang mendapatkan hadiah uang tunai Rp 3-5 juta dan piala. Selain itu, mereka mendapatkan keringanan uang kuliah bila melanjutkan pendidikan di Jurusan Teknik Elektro Universitas Kristen Maranatha.

Tantangan dalam kontes kategori junior, yang diikuti 15 tim, lebih sederhana. Dalam lomba yang diikuti pelajar tingkat SMP dan SD ini ,robot hanya perlu berjalan menyusuri garis berbentuk kotak dan melengkung.

Misinya sama, yakni robot harus mengambil silinder pipa hijau dengan lengan atau capit. Sebagai rintangan, panitia meletakkan benda serupa berwarna merah di tengah arena.

Benda itu harus dibawa ke ujung garis dengan penghalang sebuah botol di atas garis hitam. "Robot harus menghindari botol itu, lalu kembali ke garis," ujar Muliady.

Dua tim dari SMP Kristen 1 BPK Penabur, Bandung, dengan anggota Marvin dan Misael serta Stanley dan Nathaneil, menyabet gelar juara pertama dan kedua. Sedangkan peringkat ketiga diberikan kepada Fairuuz Xaveria dari SMP Temasek.

Penghargaan khusus diraih Jocelyn dari SMPK 1 BPK Penabur, Bandung, dan penghargaan untuk proposal terbaik diberikan kepada Hubertus Hans dari SD Tiara Bunda, Bandung. Mereka memperoleh hadiah yang sama dengan hadiah kategori senior.

Tema kontes robot hijau sengaja diangkat untuk memperluas aplikasi robot dalam kehidupan sehari-hari. Juga untuk menghapus kesan robot dan teknologi sebagai perusak lingkungan di kalangan anak-anak.

Kontes robot tahunan ini juga bertujuan memancing minat sekolah-sekolah agar siswanya punya pengalaman praktis dan teknologi terapan. Siswa menjadi lebih memahami teori pelajaran di kelas. Logika berpikir siswa akan berkembang karena ia harus mencari masalah dan pemecahannya.

Dibanding tahun lalu, tingkat kesulitan lomba sedikit lebih tinggi. Tujuannya agar para pemenang terlatih dan bisa berlaga di kompetisi internasional, seperti Robocup International dan International Robot Olympiad.

Direktur Rumah Robot Indonesia Jully Tjindrawan bermimpi semua sekolah di Indonesia kelak punya mata pelajaran dan laboratorium robot. Saat ini pelajar hingga sarjana Indonesia telah diakui mampu bersaing di lomba dan pekerja teknologi oleh Amerika Serikat dan Singapura. "Olimpiade matematika sampai sekarang sudah dapat 64 medali emas," katanya.

Robot Penangkap Gas Racun

Green Bird, robot kecil mirip logo sistem operasi Android, adalah robot pendeteksi gas berbahaya. Robot dengan paruh kuning ini akan berbunyi bila ada kebocoran gas di dapur atau gas beracun lainnya.

Robot buatan tiga pelajar asal Bandung, Michelle Emmanuella, Jocelyn Olivia, dan Fairuuz Xaveria, ini diharapkan dapat menyelamatkan jiwa manusia dari ancaman gas beracun.

Kehadiran Green Bird mampu menyedot perhatian pengunjung kontes Robot Maranatha. "Pembuatannya sekitar empat minggu, mulai Juni lalu," kata Christianto Tjahyadi, pembimbing tim, pada akhir pekan lalu.

Dibuat di pusat belajar robotik Next System, Bandung, robot ini terbuat dari stoples plastik dengan penutup seukuran tempat tisu. Bagian bawahnya dilubangi agar sepasang roda karet bekas mobil mainan leluasa bergerak. Bagian kepalanya terbuat dari mangkuk plastik yang dipasang terbalik.

Sensor gas sedikit menyembul tepat di tengah kepala dan dikelilingi empat lampu LED berwarna hijau sebagai indikator gas berbahaya. Gas yang bisa terdeteksi antara lain karbon dioksida, metana, dan propana--yang lazim dipakai untuk korek gas--serta elpiji. "Kalau lampu menyala semua, artinya ada bahaya gas," kata Christianto.

Tiap kali sensor mencium gas berkadar tinggi dan berbahaya, robot langsung memberi peringatan. Bunyinya seperti alarm pada jam digital. "Robot ini juga berfungsi sebagai pemantau kualitas udara," ujarnya.

Ketika diuji di tengah kemacetan panjang Jalan Pasteur, Bandung, robot langsung berbunyi. Begitu juga saat katup gas tabung elpiji atau katup korek gas dibuka. "Pada proses pembusukan sampah juga berbunyi karena ada gas metana yang keluar," katanya.

Dua prosesor yang terpasang di badan robot membuat gerakan burung hijau itu bisa dikendalikan dengan remote control televisi yang telah dimodifikasi atau diprogram untuk berjalan sendiri.

Kendali robot dibantu dengan sensor garis dan sensor inframerah di bagian belakang robot. Pasokan energi dari baterai 8 sel sebesar 12 volt membuat Green Bird bisa bekerja selama 4 jam.

Biaya pembuatan prototipe robot ini sekitar Rp 500 ribu, sebagian besar untuk membeli sensor. Saat ini robot itu tengah dikembangkan untuk bisa menghimpun data lengkap jenis dan kadar gas berbahaya.

Data itu kemudian dikirim ke komputer, lalu diolah hingga bisa tampil menjadi grafik di layar monitor. "Itu adalah tugas akhir siswa kami di kampusnya," kata Christianto. (Koran Tempo, 21 September 2011/ humasristek)


Post

Mengapa Gelombang Tsunami Tinggi?

Misteri tingginya gelombang tsunami ketika menyapu daratan diungkap oleh peneliti tsunami dari University College Dublin, Irlandia. Dari data dua tsunami besar di Indonesia, mereka menyimpulkan tsunami berketinggian tak lazim disebabkan oleh resonansi gelombang.


Tsunami umumnya terdiri atas banyak gelombang yang datang bergantian. Pada beberapa kasus, gelombang pertama bukan gelombang tertinggi dan menimbulkan kerusakan terbesar. Gelombang terbesar terjadi justru setelah gelombang pertama surut.

Peneliti tsunami memiliki persamaan standar dalam memodelkan gelombang besar. Namun simulasi tersebut selalu menghasilkan kenaikan gelombang lebih rendah daripada kejadian sebenarnya.

Peneliti tsunami dari University College Dublin, Frederic Dias, mencontohkan tsunami Pangandaran pada 17 Juli 2006. Ketika itu, gempa sebesar 6,8 Skala Richter menghasilkan gelombang tsunami setinggi 6 meter di pantai Pangandaran, lebih besar dari hasil pemodelan.

Awalnya peneliti menduga ketinggian gelombang ini diperkuat oleh longsor bawah laut. Namun hal ini juga belum cukup menjelaskan keseluruhan peristiwa itu. "Peneliti tsunami dipusingkan oleh masalah ketinggian gelombang karena hanya memikirkan tsunami sebagai gelombang yang menaiki pantai lalu surut," kata Dias.

Dias menduga tsunami bisa menjadi lebih tinggi ketika terjadi interaksi gelombang pertama dengan gelombang yang menyusul kemudian. Setelah mencapai daratan, gelombang akan surut lebih rendah dari permukaan air laut, sehingga menyimpan energi untuk kembali ke daratan.

Energi ini memberikan dorongan pada gelombang kedua yang sedang menghampiri pantai. Gabungan dari dua gelombang ini membuat gelombang kedua yang mengempas daratan lebih tinggi dari gelombang pertama.

Untuk menguji ide ini, Dias membuat simulasi laboratorium dengan menggunakan minatur pantai yang benar-benar halus. Hasilnya, resonansi bisa memperkuat ketinggian gelombang hingga 60 kali lebih besar dari perhitungan di atas kertas.

Simulasi laboratorium dengan menggunakan miniatur pantai berikut lembah dan gunung dasar laut. Miniatur ini memperlihatkan kejadian tsunami Mentawai pada 25 Oktober 2010. Hasil simulasi menunjukkan resonansi bisa menghasilkan gelombang yang lebih tinggi. "Resonansi terbukti masih terjadi." (Koran Tempo, 20 September 2011/ humasristek)


Post

Ilmuwan Jepang Kembangkan Jalan Raya Listrik Bagi Mobil Listrik


Baterai dan mobil listrik adalah dua hal yang tak terpisahkan. Tanpa adanya baterai, mengendarai mobil listrik tidak akan mengantarkan pengendaranya sampai ke tujuan.

Sayangnya, hingga kini baterai masih menjadi masalah utama dalam teknologi mobil listrik, selain karena densitas dan kapasitas energinya yang terbatas, umur pakai yang relatif pendek dan waktu pengisian ulang yang lama, baterai juga merupakan komponen termahal dari sebuah mobil listrik. Pendek kata baterai masih harus melalui banyak tahapan pengembangan agar keekonomian mobil listrik tercapai.

Berangkat dari berbagai permasalahan tersebut, satu tim ilmuwan yang terdiri dari Masahiro Hanazawa dari Toyota Central R&D Labs dan Takashi Ohiradari dari Toyohashi University mencoba mengambil alternatif lain agar teknologi mobil listrik tidak sepenuhnya tergantung pada baterai yang umumnya berukuran besar dan mahal.

Kedua ilmuwan tersebut tengah mengembangkan mobil listrik yang mendapatkan pasokan energi listrik dari jalanan yang dilewatinya. Tentunya bukan jalanan aspal biasa, melainkan jalanan yang telah dialiri listrik dengan bantuan pelat-pelat logam yang terpasang di atasnya.

Demi keamanan dan efektifitas sistem, listrik yang mengalir diubah terlebih dahulu menjadi gelombang radio. Agar mobil listrik prototip mereka bisa menangkap gelombang radio tersebut, mereka mendesain ban mobil yang berbeda dengan ban mobil biasa. Sabuk baja yang biasanya sebagai penguat di dalam ban kini menjadi elektroda yang berfungsi untuk menangkap gelombang radio jika bertemu dengan pelat aluminium dengan berubah karakteristiknya sebagai kapasitor.

Dalam uji coba di laboratorium, mereka menemukan adanya perbedaan impedansi antara sabuk baja dan pelat aluminium. Mereka menyatakan bahwa meski uji coba mereka lakukan dengan tegangan rendah, mereka yakin bahwa metode yang mereka kembangkan sudah cukup layak untuk diaplikasikan. (planethijau.com/ humasristek)


Post

Masyarakat Tidak Mampu Filipina Gunakan Lampu Botol Surya


Di berbagai negara berkembang, terutama di wilayah perkampungan yang sudah sangat padat, dimana tidak ada lagi jarak antar rumah, membiarkan sinar matahari masuk ke dalam rumah melalui jendela adalah hal yang sangat tidak memungkinkan. Padahal sinar matahari ini sangat bermanfaat selain sebagai penerangan juga bagi kesehatan.

Filipina adalah salah satunya. Untuk memecahkan masalah itu di Filipina, sebuah organisasi bernama MyShelter Foundation melakukan kampanye berlabel Isang Litrong Liwanag atau yang berarti Satu Liter Cahaya. Kampanye tersebut mempromosikan penggunaan lampu botol surya bagi masyarakat tidak mampu yang tinggal di wilayah padat pemukiman yang tidak memiliki akses terhadap listrik.

Lampu botol surya ini awalnya dikembangkan oleh mahasiswa MIT. Dengan hanya menggunakan botol plastik bekas yang telah diisi air, lampu botol surya tersebut siap digunakan. Hanya saja sebelum bisa menggunakannya, sang pemilik rumah harus rela melubangi bagian rumahnya seluas ukuran diameter botol plastik berisi air satu liter tersebut. Botol plastik kemudian dipasang dan untuk mengurangi terjadinya pertumbuhan jamur, lumut dan sebagainya, dituangkan sejumlah kecil larutan pemutih. Hasilnya lampu botol plastik tersebut akan memendarkan sinar matahari ke dalam rumah dengan cahaya yang setara dengan bola lampu 55 Watt.

Meski lampu tersebut hanya bisa menyala selama matahari bersinar, artinya pada siang hari dan tidak tertutup mendung, setidaknya bagi masyarakat tidak mampu hal tersebut sudah sangat berarti. Mereka tidak perlu mengeluarkan biaya operasional dan pemeliharaan. Bahkan menurut MyShelter Foundation, lampu botol surya tersebut bisa bertahan hingga lima tahun. Saat ini pemerintah kota Manila membayar lampu yang dibuat oleh masyarakat, sementara organisasi tersebut memberikan pelatihan cara membuat lampu dan memasangnya. (planethijau.com/ humasristek)


Post

Memperkaya Gizi Telur dengan Marigold


Tambahan pakan berupa tepung bunga dan daun tanaman marigold yang kerap jadi tanaman pagar berpengaruh terhadap kualitas telur ayam. Hasil penelitian dosen dan mahasiswa Institut Pertanian Bogor menunjukkan, tambahan itu membuat telur makin kaya vitamin A dan antioksidan.

Pada dasarnya, jenis tanaman yang menghasilkan bunga berwarna kuning atau jingga kaya kandungan vitamin A dan beta karoten yang berfungsi sebagai antioksidan,” kata Dewi Sri Astuti, dosen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB), Kamis (22/9), di Bogor, Jawa Barat.

Marigold (Tagetes erecta) dikenal dengan nama lokal Sunda sebagai tahi kotok. Kotok artinya ayam, sehingga nama tanaman itu berkonotasi dengan aroma yang kurang sedap.

Menurut Dewi, tahi kotok sejenis dengan kenikir untuk sayur yang juga memiliki aroma kuat.

Selama ini, tanaman tahi kotok tumbuh liar dan tidak produktif. Sebagian penduduk menanam sebagai tanaman pagar karena kecerahan warna bunganya, yakni kuning dan jingga.

Dewi bersama lima mahasiswa, yakni Meta Asterizka, Yolanda, Liza Nur Aziza, Dara Okti Sari, dan Ivan Noveanto membuktikan manfaat tambahan pakan untuk ternak ayam petelur itu mulai April hingga Juli 2011.

Kombinasi efektif

Dari hasil uji coba, kombinasi tepung daun dan bunga tahi kotok paling efektif. Uji coba dengan empat perlakuan yang meliputi pakan kontrol, yaitu berupa pakan yang biasa dikonsumsi ayam petelur. Kemudian perlakuan pakan kontrol yang ditambah 5 persen tepung daun tahi kotok.

Berikutnya, pakan kontrol ditambah 5 persen tepung bunga tahi kotok. Terakhir, pakan kontrol ditambah tepung daun dan tepung bunga tahi kotok masing-masing 2,5 persen.

Hasil analisis empat pakan yang diuji coba menunjukkan, penambahan kombinasi tepung daun dan bunga tahi kotok memperlihatkan kadar vitamin A dan beta karoten yang tertinggi.

Analisis kandungan vitamin A menggunakan metode high performance liquid chromatography (HPLC). Pengukuran kandungan antioksidan menggunakan pendekatan dengan vitamin E yang mempunyai aktivitas hampir sama dengan antioksidan.

Tidak berpengaruh

Dalam penelitian tersebut, formulasi pakan yang diimbuhi tepung daun dan bunga tahi kotok tidak berpengaruh terhadap tingkat konsumsi ayam petelur. Pemberian tepung memang memberikan perubahan aroma pakan.

Peningkatan kualitas telur ayam diharapkan membantu peternak untuk meningkatkan pendapatan. Penanaman tahi kotok diusahakan di lahan-lahan tidur untuk menekan biaya produksi.

Menurut Dewi, tahi kotok merupakan tanaman tropis yang mudah tumbuh pada berbagai kondisi. Termasuk pada lahan-lahan yang kurang subur dengan usia panen relatif singkat, yaitu dalam beberapa minggu.

Beberapa mahasiswa membuat analisis hasil usaha ternak ayam petelur. Menurut perhitungan, peternak dengan jumlah 100 ayam petelur mampu mendapatkan keuntungan Rp 19 juta dalam waktu produksi 53 minggu. Hal ini dengan catatan, ayam petelur dibeli pada umur 19 minggu, kemudian dijual pada usia 72 minggu.

Keuntungan Rp 19 juta diperoleh dengan asumsi harga telur sekitar Rp 16.000 per kilogram dengan jumlah rata-rata 16 butir telur.

Adapun telur yang diperkaya dengan marigold, kualitas vitamin A dan antioksidannya lebih tinggi. Para mahasiswa memperkirakan nilai jualnya Rp 20.000 per 10 butir telur.

Dengan penjualan 10 butir telur diperkaya marigold per pak, keuntungan peternak bisa meningkat menjadi Rp 30 juta dalam jangka waktu produksi 53 minggu.

Pengeluaran untuk penambahan pakan dengan tepung daun dan bunga marigold diperhitungkan hanya untuk membeli 12 pak bibit seharga Rp 7.500 per pak. Kemudian penanaman marigold di lahan sendiri seluas 100 meter persegi dengan jarak tanam 50 sentimeter kali 50 sentimeter.

Dari lahan seluas itu ditanam sebanyak 400 batang marigold. Inovasi pakan ternak ayam petelur ini tergolong mudah diaplikasikan masyarakat.

Menurut Dewi, pada dasarnya kandungan vitamin A berasal dari prekursor yang dibuat oleh tumbuh-tumbuhan dan disimpan dalam daun, bunga, buah, dan biji. Prekursor tersebut dikenal dengan nama karotenoid.

Penambahan pakan yang mengandung vitamin A dapat meningkatkan jumlah pigmen karoten pada kuning telur. Peningkatan pigmen karoten ini meningkatkan warna kuning pada telur.

Kecerahan warna kuning telur erat kaitannya dengan tingginya kandungan vitamin A. Hasil uji coba juga membuktikan warna kuning telur ayam dari hasil penambahan pakan tepung daun dan bunga marigold masing-masing 2,5 persen tersebut menunjukkan warna lebih kuning hingga jingga kemerah-merahan.

Inovasi pakan ternak ayam petelur yang sederhana ini tentu bermanfaat bagi konsumen. (Kompas, 30 September 2011/ humasristek)


Post

Upaya Memahami Atmosfer


Stasiun radar di Kototabang, Sumatera Barat, telah beroperasi 10 tahun, mengamati dinamika dan profil atmosfer dan ionosfer. Berdasarkan data observasi itu dikembangkan pemodelan untuk prediksi cuaca ekstrem dan menangkap fenomena perubahan iklim.

Observasi ini juga berprospek memprediksi gempa dan tsunami.

Interaksi laut dan atmosfer di Indonesia yang selalu disinari matahari merupakan mesin penggerak terjadinya uap air dan sirkulasi udara global, hingga terbentuk cuaca dan iklim dunia. Berada di antara Benua Asia-Australia, serta Samudra Pasifik dan Hindia, wilayah Nusantara berperan memasok massa udara berbagai penjuru.

Penyaluran uap air terjadi karena ada pola perputaran angin di wilayah ini. Ada angin monsun yang datang silih berganti dari dataran Asia di utara dan Australia di selatan ke wilayah Nusantara. Selain itu, ada tekanan udara yang naik turun antara Darwin di Australia dan Kepulauan Tahiti di Pasifik.

Besarnya pengaruh atmosfer dan laut di negeri ini yang memengaruhi kondisi cuaca global dan perubahan iklim mendorong pakar dari sejumlah negara menawarkan kerja sama dalam pemantauan dinamika atmosfer.

Kegiatan observasi atmosfer di Indonesia mulai dilakukan tahun 1950 melalui program pemantauan ozon global (GOOS). Penelitian ini kemudian diikuti program pemantauan polusi udara alamiah (”Background Air Pollution Monitoring Network”/Bapmon) tahun 1960-an.

Dari dua program penelitian itu ditemukan indikasi adanya penipisan lapisan ozon di lapisan stratosfer dan peningkatan gas-gas rumah kaca di atmosfer lapisan bawah atau troposfer.

Pengukuran gas rumah kaca (GRK) terus dilakukan hingga kini oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), bekerja sama dengan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA). ”BMKG mengambil data dari stasiun di Kototabang, dikirim ke Kantor Pusat NOAA untuk dianalisis,” kata Edvin Aldrian, Direktur Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara BMKG.

Data stasiun pemantau atmosfer global (GAW) di Kototabang menunjukkan, ada peningkatan konsentrasi karbon dioksida (CO2) dan gas metana (CH4) serta terlihat ada pola siklus tahunan. Tren peningkatan konsentrasi GRK tahunan (2004-2010) adalah CO2 sebesar 1,50 part per million (ppm), CH4 2,70 part per billion (ppb), N2O 0,795 ppb, dan SF6 0,265 part per trillion (ppt).

Hingga akhir 2010, konsentrasi berbagai spesies GRK mencapai CO2 ~ 385 ppm, CH4 ~ 1880 ppb, N2O ~ 324 ppb, dan SF6 ~ 7,15 ppt. ”Nilai itu merupakan gambaran nilai ambien GRK di Indonesia,” kata Edvin yang menulis penelitian ini untuk orasi pengukuhan sebagai profesor riset di BPPT. Nilai konsentrasi GRK ambien dipengaruhi berbagai aktivitas manusia, seperti pembakaran hutan, industri, dan rumah tangga.

Data konsentrasi CO2 dari stasiun Kototabang menunjukkan, konsentrasi GRK Indonesia jauh di bawah konsentrasi di Mauna Loa, Hawaii, Amerika Serikat (AS), dan di bawah rata-rata dunia. Artinya, polusi (emisi GRK) Indonesia masih jauh di bawah rata-rata dunia.

Dalam sidang United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), target konsentrasi CO2 ditetapkan sekitar 450 ppm. Dengan target itu, untuk wilayah Indonesia masih ada tenggang waktu hingga tahun 2053.

Stasiun Kototabang

Di Kototabang yang berada di Kabupaten Agam saat ini beroperasi dua stasiun observasi atmosfer. Selain stasiun GAW, juga ada stasiun Equatorial Atmosphere Radar yang dioperasikan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional kerja sama dengan Universitas Kyoto, Jepang.

Stasiun GAW Kototabang sudah mendapatkan registrasi dari World Meteorological Organization (WMO). Hasil pengukuran dari stasiun ini diperiksa di laboratorium NOAA di Boulder, AS, untuk divalidasi dengan standar internasional.

Program GAW dilaksanakan tahun 1989 dengan mengintegrasikan kegiatan GOOS dan Bapmon. Melalui program ini, para peneliti bisa lebih meningkatkan pemahaman soal iklim dan perubahan jangka panjang. Stasiun Kototabang merupakan satu dari enam stasiun GAW yang dibangun di dunia. Lima stasiun lain tersebar di Asia, Afrika, dan Amerika Selatan.

Selain GAW, juga dipasang sistem radar untuk mengamati kondisi atmosfer di khatulistiwa (Equatorial Atmosphere Radar).

Selama ini untuk memantau atmosfer dan lapisan udara atas (ionosfer) dilakukan dengan berbagai sistem pengamatan dirgantara, antara lain radar atmosfer, roket sonda dan balon stratosfer. (Kompas, 3 Oktober 2011/ humasristek)


Post

Budidaya Jagung Manis

agung Manis adalah tanaman yang sangat gampang untuk di pelihara dan mempunyai prospek yang bagus saat di panen
jagung manis
MENANAM jagung manis relatif gampang. Setelah lahan dicangkul sampai halus, barulah ditajuk dengan kedalaman tiga sentimeter untuk menaruh bibit yang akan ditanam.

Kemudian, bibit ditimbun sekadarnya. Tekstur tanahnya harus gembur. Tidak boleh diinjak karena dapat menyebabkan tanah menjadi padat. Setiap lubang diisi sebutir benih dengan jarak 20–70 sentimeter.

Pada umur empat hari setelah bibit tumbuh, pupuklah dengan pupuk berimbang (Urea, TS, dan KCL).

Kemudian, pada umur 35 hari pemupukan kedua dengan jenis pupuk sama. Usai pemupukan, jagung tidak dirawat lagi walaupun ditumbuhi rerumputan untuk menjaga agat tidak mengganggu proses perbungaan sampai siap dipanen.

Dalam satu batang, jagung manis memiliki satu–tiga tongkol, tapi untuk menjaga agar buah maksimal satu batang ditinggalkan satu tongkol. Sedangkan soleng (buah muda) bisa dipanen dan dijual untuk konsumsi sayur pada umur 50 hari. Dengan menjual soleng tersebut, biasanya mampu mengembalikan modal petani untuk pengadaan pupuk dan bibit, sehingga petani mendapatkan keuntungan utuh saat panen.

Selain soleng, daun jagung juga bisa dijual untuk pakan ternak.

Dalam satu hektare menghabiskan 200 kg Urea, 100 kg TS, dan 100 kg KCl, untuk dua kali pemupukan. Tetapi, lebih memuaskan dibantu dengan pupuk kandang untuk mengurangi pupuk kimia. Pada kondisi sekarang, jagung muda dapat dipanen pada umur 70 hari. Waktu panen singkat itu ditambah lagi dengan pengolahan yang tidak sulit.

Jika ada gejala serangan hama atau penyakit, segera konsultasikan dengan penyuluh pertanian yang ada atau semprotkan pestisida yang disarankan Dinas Pertanian. Penggunakan pestisida digunakan secara bijaksana. Artinya, jika serangan hama/penyakit di atas ambang batas serangan, baru disemprot.

Tanaman jagung membutuhkan air yang cukup untuk pertumbuhan dan memberikan hasil produksi yang baik. Air diperlukan saat penanaman, pembungaan (45–55 hari) dan pengisian biji (60–80 hari). Perlu diperhatikan drainase yang baik dan hindari tanaman tergenang air.

Panen dan Pemasaran Hasil

Tanaman jagung manis dapat dipanen jika berumur 70 hari.

Ciri jagung dapat dipanen: Kelobot (bungkus janggel jagung) berwarna cokelat muda dan kering serta bijinya mengilat.

Setelah dipanen, jagung dipipil dan dikeringkan hingga kadar air 15%, sebaiknya dipanen saat jagung sudah benar-benar kering. Jagung pun siap dijual dengan hasil yang layak.


Sumber:
http://surgaku.com


Post

Budidaya Cabe Hibrida


Pendahuluan
Cabe merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabe berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara Indonesia.
Tanaman cabe banyak ragam tipe pertumbuhan dan bentuk buahnya. Diperkirakan terdapat 20 spesies yang sebagian besar hidup di Negara asalnya. Masyarakat pada umumnya hanya mengenal beberapa jenis saja, yakni Cabe besar, cabe keriting, cabe rawit dan paprika.
Secara umum cabe memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin. Diantaranya Kalori, Protein, Lemak, Kabohidarat, Kalsium, Vitamin A, B1 dan Vitamin C.
Selain digunakan untuk keperluan rumah tangga, cabe juga dapat digunakan untuk keperluan industri diantaranya, Industri bumbu masakan, industri makanan dan industri obat-obatan atau jamu.

PELUANG BISNIS
Dengan semakin meningkatnya kebutuhan cabe baik untuk rumah tangga maupun industri dan sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan pengembangan industri olahan, maka, peluang pengembangan usaha agribisnis cabe sangat terbuka luas.
Usaha peningkatan produksi cabe yang sekaligus meningkatkan pendapatan petani, dapat dilakukan sejak budidaya sampai penanganan pasca panen yang baik dan benar. Salah satu langkah terpenting dalam perbaikan teknik budidaya adalah pemilihan varietas cabai hibrida yang akan dibudidayakan.

RAGAM CABE & VARIETAS
Saat ini telah banyak benih cabe hibrida yang beredar di pasaran dengan nama varietas yang beraneka ragam dengan berbagai keunggulan yang dimiliki. PT. TANINDO SUBUR PRIMA sebagai salah satu perusahaan Agribisnis, telah merilis beberapa varietas cabe hibrida besar dan keriting. Cabe hibrida besar yang dirilis PT. TANINDO SUBUR PRIMA adalah Jet set, Arimbi, Buana 07, Somrak, Elegance 081, Horison 2089, Imperial 308 dan Emerald 2078. Dan untuk cabe hibrida keriting diantaranya, Papirus, CTH 01, Kunthi 01, Sigma, Flash 03, Princess 06 dan Helix 036. Dan untuk cabe rawit hibrida adalah Discovery.

SYARAT TUMBUH TANAMAN CABE
Pada umumnya cabe dapat ditanam pada dataran rendah sampai ketinggian 2000 meter dpl. Cabe dapat beradaptasi dengan baik pada temperatur 24 – 27 derajat Celsius dengan kelembaban yang tidak terlalu tinggi.
Tanaman cabe dapat ditanam pada tanah sawah maupun tegalan yang gembur, subur, tidak terlalu liat dan cukup air. Permukaan tanah yang paling ideal adalah datar dengan sudut kemiringan lahan 0 sampai 10 derajat serta membutuhkan sinar matahari penuh dan tidak ternaungi. pH tanah yang optimal antara 5,5 sampai 7.
Tanaman cabe menghendaki pengairan yang cukup. Tetapi apabila jumlahnya berlebihan dapat menyebabkan kelembaban yang tinggi dan merangsang tumbuhnya penyakit jamur dan bakteri. Jika kekurangan air tanaman cabe dapat kurus, kerdil, layu dan mati. Pengairan dapat menggunakan irigasi, air tanah dan air hujan.

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA CABE
Dalam pembudidayaan cabe, perlu ketrampilan dan pengalaman lapangan yang memadai. Pemilihan varietas sangat penting untuk menyesuaikan dengan kondisi lahan dan kebutuhan pasar.
Tahap awal budidaya cabe adalah membuat persemaian guna menyiapkan bibit tanaman yang sehat, kuat dan seragam sebagai bahan tanam di lapangan. Media semai yang dipergunakan hendaknya mempunyai struktur yang remah, tidak menahan air dan cukup nutrisi. Bahan yang dapat digunakan adalah campuran kompos, tanah, dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Untuk menambahkan nutrisi berikan pupuk NPK grand S-15 sebanyak 80 gram yang telah dihaluskan untuk tiap 3 ember campuran bahan tersebut.
Setelah bahan tercampur, masukkan bahan pada kantung plastik dengan ukuran 8 x 9 cm sampai 90 % penuh, dan buat lubang pembuangan air pada plastik bagian bawah yang telah terisi media.
Atur media pada bedeng semai yang telah disiapkan. Bedeng semai dibuat dengan tinggi 20 – 50 cm dengan lebar 80 – 100 cm dan panjang menyesuaikan kondisi. Arah bedengan diatur membujur utara selatan dengan memberikan atap penutup dari plastic dengan tiang penyangga bagian timur 100 cm dan bagian barat 80 cm atau atap dapat dibuat dengan model ½ lingkaran . Hal ini dimaksudkan agar bibit yang tumbuh cukup mendapatkan sinar matahari sehingga tidak mengalami etiolasi.
Langkah selanjutnya adalah pemeraman benih yang bertujuan untuk mengecambahkan benih. Media pemeraman yang digunakan adalah kain handuk atau 3 – 5 lapis kertas merang yang disemprot dengan larutan fungisida Victory dengan kosentrasi 3 gram / liter. Benih ditaburkan secara merata pada media dan diusahakan tidak menumpuk. Benih yang digunakan sebaiknya benih cabe hibrida yang telah diberi perlakuan pestisida.
Media digulung atau dilipat dan disimpan dalam suhu kamar. Untuk menjaga kelembaban media peram, semprotkan air dengan handspray setiap pagi dan sore. Setelah 4 sampai 7 hari, benih akan mengeluarkan radikula atau calon akar. Dengan bantuan penjepit, benih yang telah mengeluarkan calon akar di tanam pada media semai yang disiram terlebih dahulu
Setiap pagi dan sore persemaian perlu disiram. Untuk mencegah gangguan cendawan, semprot persemaian dengan fungisida Starmyl 25WP dan Victory 80WP secara bergantian dengan konsentrasi 0,5 gram / liter. Untuk mencegah gangguan hama persemaian, semprot dengan insektisida winder 100ec dengan konsentrasi 0,5 cc / liter.
Persemaian juga dapat dilakukan dengan meletakkan benih secara langsung pada media semai tanpa diperam terlebih dahulu.

PENGOLAH TANAH
Lahan yang akan dipakai tempat penanaman harus dibersihkan dari segala macam gulma dan akar bekas tanaman lama, agar pertumbuhan akar tidak terganggu dan untuk menghilangkan tumbuhan yang menjadi inang hama dan penyakit. Apabila lahan banyak ditumbuhi gulma, pembersihannya lebih baik menggunakan Herbisida Sistemik seperti Rambo 480AS dengan dosis 2 sampai 4 liter per Hektar.
Selanjutnya lahan dibajak dan digaru dengan hewan ternak maupun dengan bajak traktor. Pembajakan dan penggaruan bertujuan untuk menggemburkan, memperbaiki aerasi tanah dan untuk menghilangkan OPT yang bersembunyi di tanah.
Buat bedengan dengan ukuran lebar 100 – 110 cm dengan ketinggian bedengan 50 – 60 cm dan lebar parit 50 – 60 cm . Panjang bedengan disesuaikan dengan kondisi lahan.
Pengukuran pH tanah juga perlu dilakuan dengan alat pH meter atau dengan kertas lakmus. Untuk menaikkan pH tanah lakukan pengapuran lahan menggunakan dolomint atau kapur gamping dengan dosis 2 – 4 ton/Ha atau 200 – 400 gram / meter persegi tergantung pH tanah yang akan dinaikkan. Pengapuran diberikan pada saat pembajakan atau pada saat pembuatan bedengan bersamaan dengan sebar kompos atau pupuk kandang. Pupuk kandang yang diperlukan adalah 10 sampai 20 ton / Ha atau ½ sampai 1 zak untuk 10 meter panjang bedengan.
Pupuk dasar yang diberikan adalah pupuk NPK grand S-15, 2 kg untuk 10 meter panjang bedengan atau 2 ton / hektar.
Tahap berikutnya adalah pemasangan mulsa plastic hitam perak yang berguna untuk menekan perkembangbiakan hama dan penyakit, pertumbuhan gulma, mengurangi penguapan, mencegah erosi tanah, mempertahankan struktur, suhu dan kelembaban tanah serta dapat mencegah terjadinya pencucian pupuk. Pemasangan mulsa dilakukan dengan cara membentang dan menarik antara dua sisi dengan permukaan perak di bagaian atas. Setiap ujung dan sisi mulsa dikancing dengan pasak.. Agar pemasangan mulsa lebih optimal dan dapat menutup permukaan bedengan dengan baik sebaiknya dilakukan pada siang hari atau saat cuaca panas.

TEKNIK PENANAMAN
Jarak tanam yang digunakan adalah 50 – 60 cm jarak antar lubang dan 60 – 70 cm untuk jarak antar barisan dengan pola penanaman model segitiga atau zig-zag.
Pembuatan lubang tanam sedalam 8 sampai 10 cm dilakukan bersamaan dengan pembuatan lubang pada mulsa yang berpedoman pada pola yang dipakai dan sesuai jarak tanam yang dianjurkan .
Pembuatan lubang pada mulsa dapat juga menggunakan system pemanasan dengan menggunakan kaleng dengan diameter kurang lebih 8 – 10 cm. Lubang tanam dibuat dengan cara menugal tanah sedalam 8 – 10 cm.
Bibit cabe dipersemaian yang telah berumur 15 – 17 hari atau telah memiliki 3 atau 4 daun, siap dipindah tanam pada lahan. Semprot bibit dengan fungisida dan insektisida 1 – 3 hari sebelum dipindahtanamkan untuk mencegah serangan penyakit jamur dan hama sesaat setelah pindah tanam
Seleksi dan pengelompokan bibit berdasarkan ukuran besar kecil dan kesehatanya. Penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari atau pada saat cuaca tidak terlalu panas, dengan cara merobek kantong semai dan diusahakan media tidak pecah dan langsung dimasukkan pada lubang tanam.
Kemudian lakukan pemasangan lanjaran atau ajir, dipasang di samping lubang tanam.

PEMELIHARAAN TANAMAN
Setelah tanaman berumur 7 – 14 hst , tanaman yang tidak dapat tumbuh dengan normal atau mati perlu dilakukan penyulaman dengan bibit yang masih ada di persemaian.
Jika pada lubang tanam tumbuh gulma, maka perlu dilakukan penyiangan dengan cara mencabut . Pengendalian gulma perlu dilakukan pada gulma yang tumbuh di parit dengan menggunakan cangkul atau dengan herbisida Rambo 480AS. Pada saat aplikasi nozelnya perlu diberi sungkup agar semprotan herbisida tidak mengenai tanaman cabe.
Pewiwilan perlu dilakukan pada tunas yang tumbuh pada ketiak yang berada dibawah cabang utama dan bunga pertama yang muncul pada cabang utama. Pewiwilan ini dilakukan agar pertumbuhan vegetatif tanaman dapat optimal.
Pengikatan dilakukan saat tanaman umur 10 – 15 hst dengan mengikatkan batang yang berada dibawah cabang utama dengan tali plastic pada lanjaran atau ajir. Pada saat tanaman berumur 30 – 40 hst, ikat tanaman diatas cabang utama dan ikat juga pada saat pembesaran buah yaitu pada umur 50 -60 hst.

PEMUPUKAN SUSULAN
Untuk memacu pertumbuhan tanaman, dianjurkan untuk melakukan pengocoran mulai umur 7 sampai 60 hst dengan NPK Grand S-15 konsentrasi 7 gram per liter sebanyak 250 cc pertanaman dengan interval 7 hari . Setiap pengulangan pengocoran konsentrasi pupuk dinaikkan 2 gram per liter. Pada saat tanaman berumur 30 hst, pemupukan susulan pertama dilakukan dengan memberikan campuran pupuk NPK Grand S-15 150 kg/Ha dan Urea 40 Kg/Ha. Pemupukan dilakukan dengan cara melubangai mulsa dan menugal pada sisi tanaman dengan jarak 15 cm.
Selain tanaman dikocor, dianjurkan juga disemprot dengan pupuk daun Mamigro Super N atau NPK spesial atau dengan Gardena D dengan konsentrasi 2 – 5 gram / liter air mulai umur 7 sampai 30 hst dengan interval pemberian 7 – 15 hari.
Pupuk susulan kedua dilakukan saat tanaman berumur 40 hst dengan memberikan pupuk NPK Grand S-15 300 kg / Ha.
Pada saat tanaman berumur 50 hst, pupuk susulan ke tiga dilakukan dengan memberikan pupuk NPK Grand S-15 dengan dosis 350 kg/Ha. Untuk memacu pertumbuhan bunga dan buah, dianjurkan untuk dilakukan penyemprotan dengan pupuk daun Mamigro Super P atau NPK Spesial, Gardena B atau dengan Pupuk Mikro Fitomic . Konsentrasi untuk Fitomic adalah 1,5 – 2,5 cc / liter dengan interval pemberian 10 – 15 hari.
Pemupukan susulan ke empat dilakukan saat tanaman berumur 60 hst. Pupuk yang diberikan adalah pupuk NPK Grand S-15 dengan dosis 200 Kg/Ha.

PENGAIRAN
Pengairan dilakukan setiap 7 – 10 hari atau tergantung kondisi lahan dengan cara menggenangi atau leb. Pada waktu pelepasan air dari petak penanaman harus dilakukan dengan pelan agar tidak terjadi pencucian pupuk dari bedeng tanaman.

HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN CABE
Hama yang sering menyerang tanaman cabe adalah : · Ulat tanah atau Agrotis Ipsilon · Thrips · Ulat grayak atau Spodoptera litura · Lalat buah atau Dacus verugenius · Aphids hijau /kutu daun · Tungau / mite · Nematode puru akar
Ulat Tanah dengan nama latin Agrotis ipsilon, biasa menyerang tanaman cabe yang baru pindah tanam, yaitu dengan cara memotong batang utama tanaman hingga roboh bahkan bisa sampai putus. Untuk tindakan pencegahan dapat dilakukan penyemprotan insektisida Turex WP dengan konsentrasi 0,25 – 0,5 g/liter bergantian dengan insektisida Direct 25ec dengan konsentrasi 0,4 cc/liter atau insentisida Raydok 28ec dengan konsentrasi 0,25-0,5 cc/liter sehari sebelum pindah tanam.
Ulat grayak pada tanaman cabe biasa menyerang daun, buah dan tanaman yang masih kecil. Untuk tindakan pengendalian dianjurkan menyemprot pada sore atau malam hari dengan insektisida biologi TurexWP bergantian dengan insektisida Raydok 28ec atau insektisida Direct 25ec.
Lalat buah gejala awalnya adalah buah berlubang kecil, kulit buah menguning dan kalau dibelah biji cabe berwarna coklat kehitaman dan pada akhirnya buah rontok. Untuk pencegahan dan pengendalian dapat dilakukan dengan membuat perangkap dengan sexferomon atau dengan penyemprotan insektisida Winder 100EC dengan konsentrasi 0,5 sampai 1 cc per liter bergantian dengan insektisida Promectin 18ec dengan konsentrasi 0,25-0,5 cc/liter atau dengan insektisida Cyrotex 75sp dengan konsentrasi 0,3-0,6 g/liter.
Hama Tungau atau mite menyerang tanaman cabe hingga daun berwarna kemerahan, menggulung ke atas, menebal akhirnya rontok. Untuk penengendalian dan pencegahan semprot dengan akarisida Samite 135EC dengan konsentrasi 0,25 – 0,5 ml / liter air bergantian dengan insektisida Promectin 18ec dengan konsentrasi 0,25-0,5 cc/liter.
Tanaman yang terserang hama thrips, bunga akan mengering dan rontok. Sedangkan apabila menyerang bagian daun pada daun terdapat bercak keperakan dan menggulung. Jika daun terserang aphids, daun akan menggulung kedalam, keriting, menguning dan rontok. Untuk pencegahan dan pengendalian lakukan penyemprotan dengan insektisida Winder 25 WP dengan konsentrasi 100 – 200 gr / 500 liter air / ha atau dengan Winder 100EC 125 – 200 ml / 500 liter air / Ha bergantian dengan insektisida Promectin 18ec dengan konsentrasi 0,25-0,5 cc/liter.
Nematoda merupakan organisme pengganggu tanaman yang menyerang daerah perakaran tanaman cabe. Jika tanaman terserang maka transportasi bahan makanan terhambat dan pertumbuhan tanaman terganggu. Selain itu kerusakan akibat nematode dapat memudahkan bakteri masuk dan mengakibatkan layu bakteri. Pencegahan yang efektif adalah dengan menanam varietas cabe yang tahan terhadap nematode dan melakukan penggiliran tanaman. Dan apabila lahan yang ditanami merupakan daerah endemi, pemberian nematisida dapat diberikan bersamaan dengan pemupukan.
Penyakit yang sering menyerang tanaman cabe diantaranya adalah · Rebah semai · Layu Fusarium · Layu bakteri · Antraknose / patek · Busuk Phytophthora · Bercak daun Cercospora · Penyakit Virus
Penyakit anthracnose buah. Gejala awalnya adalah kulit buah akan tampak mengkilap, selanjutnya akan timbul bercak hitam yang kemudian meluas dan akhirnya membusuk. Untuk pengendaliannya semprot dengan fungisida Kocide 54 WDG dengan konsentrasi 1 sampai 2 g / l air bergantian dengan fungisida Victory 80wp dengan konsentrasi 1 – 2 g / liter air.
Penyakit busuk Phytopthora gejalanya adalah bagian tanaman yang terserang terdapat bercak coklat kehitaman dan lama kelamaan membusuk. Penyakit ini dapat menyerang tanaman cabe pada bagian daun, batang maupun buah. Pengendaliannya adalah dengan menyemprot fungisida Kocide 77 wp dengan dosis 1,5 – 3 kg / Ha bergantian dengan fungisida Victory 80WP konsentarsi 2 sampai 4 gram / liter dicampur dengan fungisida sistemik Starmyl 25 wp dengan dosis 0,8 – 1 g / liter
Rebah semai ( dumping off ) . Penyakit ini biasanya menyerang tanaman saat dipersemaian. Jamur penyebabnya adalah Phytium sp. Untuk tindakan pencegahan dapat dilakukan perlakuan benih dengan Saromyl 35SD dan menyemprot fungisida sistemik Starmyl 25WP saat dipersemaian dan saat pindah tanam dengan konsentrasi 0,5 sampai 1 gram / liter.
Penyakit layu fusarium dan layu bakteri pada tanaman cabe biasanya mulai menyerang tanaman saat fase generatif. Untuk mencegahnya dianjurkan penyiraman Kocide 77WP pada lubang tanam dengan konsentrasi 5 gram / liter / lima tanaman, mulai saat tanaman menjelang berbunga dengan interval 10 sampai 14 hari.
Penyakit bercak daun cabe disebabkan oleh cendawan Cercospora capsici. Gejalanya berupa bercak bercincin, berwarna putih pada tengahnya dan coklat kehitaman pada tepinya. Pencegahannya dapat dilakukan dengan menyemprot fungisida Kocide 54WDG konsentrasi 1,5 sampai 3 gram / liter bergantian dengan fungisida Victory 80WP konsentrasi 2 sampai 4 gram / liter dengan interval 7 hari.
Penyakit mozaik virus. Saat ini belum ada pestisida yang mampu mengendalikan penyakit mozaik virus ini. Dan sebagai tindakan pencegahan dapat dilakukan pengendalian terhadap hewan pembawa virus tersebut yaitu aphids.
Untuk pencegahan serangan hama penyakit, gunakan benih cabe hibrida yang tahan terhadap serangan hama penyakit dan yang telah diberi perlakuan pestisida. Apabila terjadi serangan atau untuk tujuan pencegahan lakukan aplikasi pestisida sesuai OPT yang menyerang atau sesuai petunjuk petugas penyuluh lapang.

PANEN
Pada saat tanaman berumur 75 – 85 hst yang ditandai dengan buahnya yang padat dan warna merah menyala, buah cabe siap dilakukan pemanenan pertama. Umur panen cabe tergantung varietas yang digunakan, lokasi penanaman dan kombinasi pemupukan yang digunakan serta kesehatan tanaman. Tanaman cabe dapat dipanen setiap 2 – 5 hari sekali tergantung dari luas penanaman dan kondisi pasar.
Pemanenan dilakukan dengan cara memetik buah beserta tangkainya yang bertujuan agar cabe dapat disimpan lebih lama. Buah cabe yang rusak akibat hama atau penyakit harus tetap di panen agar tidak menjadi sumber penyakit bagi tanaman cabe sehat. Pisahkan buah cabe yang rusak dari buah cabe yang sehat.
Waktu panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari karena bobot buah dalam keadaan optimal akibat penimbunan zat pada malam hari dan belum terjadi penguapan.

PASCA PANEN CABE
Hasil panen yang telah dipisahkan antara cabe yang sehat dan yang rusak, selanjutnya dikumpulkan di tempat yang sejuk atau teduh sehingga cabe tetap segar .
Untuk mendapatkan harga yang lebih baik, hasil panen dikelompokkan berdasarkan standar kualitas permintaan pasar seperti untuk supermarket, pasar lokal maupun pasar eksport.
Setelah buah cabe dikelompokkan berdasarkan kelasnya, maka pengemasan perlu dilakukan untuk melindungi buah cabe dari kerusakan selama dalam pengangkutan. Kemasan dapat dibuat dari berbagai bahan dengan memberikan ventilasi. Cabe siap didistribusikan ke konsumen yang membutuhkan cabe segar.
Dengan penerapan teknologi budidaya, penangganan pasca panen yang benar dan tepat serta penggunaan benih hibrida yang tahan hama penyakit dapat meningkatkan produksi cabe yang saat ini banyak dibutuhkan.


Sumber:
http://www.tanindo.com


Post

Budidaya Jahe

JAHE ( Zingiber Officinale )

Sumber: Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS, Jakarta, Februari 2000

Jahe (Zingiber Officinale)1. SEJARAH SINGKAT
Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina. Oleh karena itu kedua bangsa ini disebut-sebut sebagai bangsa yang pertama kali memanfaatkan jahe terutama sebagai bahan minuman, bumbu masak dan obat-obatan tradisional. Jahe termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae), se-famili dengan temu-temuan lainnya seperti temu lawak (Cucuma xanthorrizha), temu hitam (Curcuma aeruginosa), kunyit (Curcuma domestica), kencur (Kaempferia galanga), lengkuas (Languas galanga) dan lain-lain.
Nama daerah jahe antara lain halia (Aceh), beeuing (Gayo), bahing (Batak Karo), sipodeh (Minangkabau), jahi (Lampung), jahe (Sunda), jae (Jawa dan Bali), jhai (Madura), melito (Gorontalo), geraka (Ternate), dsb.

2. URAIAN TANAMAN
2.1 Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Species : Zingiber officinale
2.2 Deskripsi
Terna berbatang semu, tinggi 30 cm sampai 1 m, rimpang bila dipotong berwarna kuning atau jingga. Daun sempit, panjang 15 – 23 mm, lebar 8 – 15 mm ; tangkai daun berbulu, panjang 2 – 4 mm ; bentuk lidah daun memanjang, panjang 7,5 – 10 mm, dan tidak berbulu; seludang agak berbulu. Perbungaan berupa malai tersembul dipermukaan tanah, berbentuk tongkat atau bundar telur yang sempit, 2,75 – 3 kali lebarnya, sangat tajam ; panjang malai 3,5 – 5 cm, lebar 1,5 – 1,75 cm ; gagang bunga hampir tidak berbulu, panjang 25 cm, rahis berbulu jarang ; sisik pada gagang terdapat 5 – 7 buah, berbentuk lanset, letaknya berdekatan atau rapat, hampir tidak berbulu, panjang sisik 3 – 5 cm; daun pelindung berbentuk bundar telur terbalik,
bundar pada ujungnya, tidak berbulu, berwarna hijau cerah, panjang 2,5 cm, lebar 1 – 1,75 cm ; mahkota bunga berbentuk tabung 2 – 2,5 cm, helainya agak sempit, berbentuk tajam, berwarna kuning kehijauan, panjang 1,5 – 2,5 mm, lebar 3 – 3,5 mm, bibir berwarna ungu, gelap, berbintik-bintik berwarna putih kekuningan, panjang 12 – 15 mm ; kepala sari berwarna ungu, panjang 9 mm ; tangkai putik 2
2.3 Jenis Tanaman
Jahe dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpangnya. Umumnya dikenal 3 varietas jahe, yaitu :
1) Jahe putih/kuning besar atau disebut juga jahe gajah atau jahe badak Rimpangnya lebih besar dan gemuk, ruas rimpangnya lebih menggembung dari kedua varietas lainnya. Jenis jahe ini bias dikonsumsi baik saat berumur muda maupun berumur tua, baik sebagai jahe segar maupun jahe olahan.
2) Jahe putih/kuning kecil atau disebut juga jahe sunti atau jahe emprit Ruasnya kecil, agak rata sampai agak sedikit menggembung. Jahe ini selalu dipanen setelah berumur tua. Kandungan minyak atsirinya lebih besar dari pada jahe gajah, sehingga rasanya lebih pedas, disamping seratnya tinggi. Jahe ini cocok untuk ramuan obat-obatan, atau untuk diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya.
3) Jahe merah
Rimpangnya berwarna merah dan lebih kecil dari pada jahe putih kecil sama seperti jahe kecil, jahe merah selalu dipanen setelah tua, dan juga memiliki kandungan minyak atsiri yang sama dengan jahe kecil, sehingga cocok untuk ramuan obat-obatan.

3. MANFAAT TANAMAN
Rimpang jahe dapat digunakan sebagai bumbu masak, pemberi aroma dan rasa pada makanan seperti roti, kue, biskuit, kembang gula dan berbagai minuman. Jahe juga dapat digunakan pada industri obat, minyak wangi, industri jamu tradisional, diolah menjadi asinan jahe, dibuat acar, lalap, bandrek, sekoteng dan sirup. Dewasa ini para petani cabe menggunakan jahe sebagai pestisida alami. Dalam perdagangan jahe dijual dalam bentuk segar, kering, jahe bubuk dan awetan jahe. Disamping itu terdapat hasil olahan jahe seperti: minyak astiri dan koresin yang diperoleh dengan cara penyulingan yang berguna sebagai bahan pencampur dalam minuman beralkohol, es krim, campuran sosis dan lain-lain.
Adapun manfaat secara pharmakologi antara lain adalah sebagai karminatif (peluruh kentut), anti muntah, pereda kejang, anti pengerasan pembuluh darah, peluruh keringat, anti inflamasi, anti mikroba dan parasit, anti piretik, anti rematik, serta merangsang pengeluaran getah lambung dan getah empedu.

4. SENTRA PENANAMAN
Terdapat di seluruh Indonesia, ditanam di kebun dan di pekarangan. Pada saat ini jahe telah banyak dibudidayakan di Australia, Srilangka, Cina, Mesir, Yunani, India, Indonesia, Jamaika, Jepang, Meksiko, Nigeria, Pakistan. Jahe dari Jamaika mempunyai kualitas tertinggi, sedangkan India merupakan negara produsen jahe terbesar, yaitu lebih dari 50 % dari total produksi jahe dunia.

5. SYARAT PERTUMBUHAN
5.1. Iklim
1) Tanaman jahe membutuhkan curah hujan relatif tinggi, yaitu antara 2.500-4.000 mm/tahun.
2) Pada umur 2,5 sampai 7 bulan atau lebih tanaman jahe memerlukan sinar matahari. Dengan kata lain penanaman jahe dilakukan di tempat yang terbuka sehingga mendapat sinar matahari sepanjang hari.
3) Suhu udara optimum untuk budidaya tanaman jahe antara 20-35 oC.
5.2. Media Tanam
1) Tanaman jahe paling cocok ditanam pada tanah yang subur, gembur dan banyak mengandung humus.
2) Tekstur tanah yang baik adalah lempung berpasir, liat berpasir dan tanah laterik.
3) Tanaman jahe dapat tumbuh pada keasaman tanah (pH) sekitar 4,3-7,4. Tetapi keasaman tanah (pH) optimum untuk jahe gajah adalah 6,8-7,0.
5.3. Ketinggian Tempat
1) Jahe tumbuh baik di daerah tropis dan subtropis dengan ketinggian 0 - 2.000 m dpl.
2) Di Indonesia pada umumnya ditanam pada ketinggian 200 - 600 m dpl.

6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Bibit
Bibit berkualitas adalah bibit yang memenuhi syarat mutu genetik, mutu fisiologik (persentase tumbuh yang tinggi), dan mutu fisik. Yang dimaksud dengan mutu fisik adalah bibit yang bebas hama dan penyakit. Oleh karena itu kriteria yang harus dipenuhi antara lain:
a. Bahan bibit diambil langsung dari kebun (bukan dari pasar).
b. Dipilih bahan bibit dari tanaman yang sudah tua (berumur 9-10 bulan).
c. Dipilih pula dari tanaman yang sehat dan kulit rimpang tidak terluka atau lecet.
2) Teknik Penyemaian Bibit
Untuk pertumbuhan tanaman yang serentak atau seragam, bibit jangan langsung ditanam sebaiknya terlebih dahulu dikecambahkan. Penyemaian bibit dapat dilakukan dengan peti kayu atau dengan bedengan.
a. Penyemaian pada peti kayu
Rimpang jahe yang baru dipanen dijemur sementara (tidak sampai kering), kemudian disimpan sekitar 1-1,5 bulan. Patahkan rimpang tersebut dengan tangan dimana setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan dijemur ulang 1/2-1 hari. Selanjutnya potongan bakal bibit tersebut dikemas ke dalam karung beranyaman jarang, lalu dicelupkan dalam larutan fungisida dan zat pengatur tumbuh sekitar 1 menit kemudian keringkan. Setelah itu dimasukkan kedalam peti kayu. Lakukan cara penyemaian dengan peti kayu sebagai berikut: pada bagian dasar peti kayu diletakkan bakal bibit selapis, kemudian di atasnya diberi abu gosok atau sekam padi, demikian seterusnya sehingga yang paling atas adalah abu gosok atau sekam padi tersebut. Setelah 2-4 minggu lagi, bibit jahe tersebut sudah disemai.
b. Penyemaian pada bedengan
Buat rumah penyemaian sederhana ukuran 10 x 8 m untuk menanam bibit 1 ton (kebutuhan jahe gajah seluas 1 ha). Di dalam rumah penyemaian tersebut dibuat bedengan dari tumpukan jerami setebal 10 cm. Rimpang bakal bibit disusun pada bedengan jerami lalu ditutup jerami, dan di atasnya diberi rimpang lalu diberi jerami pula, demikian seterusnya, sehingga didapatkan 4 susunan lapis rimpang dengan bagian atas berupa jerami. Perawatan bibit pada bedengan dapat dilakukan dengan penyiraman setiap hari dan sesekali disemprot dengan fungisida. Setelah 2 minggu, biasanya rimpang sudah bertunas. Bila bibit bertunas dipilih agar tidak terbawa bibit berkualitas rendah. Bibit hasil seleksi itu dipatah-patahkan dengan tangan dan setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan beratnya 40-60 gram.
3) Penyiapan Bibit
Sebelum ditanam, bibit harus dibebaskan dari ancaman penyakit dengan cara bibit tersebut dimasukkan ke dalam karung dan dicelupkan ke dalam larutan fungisida sekitar 8 jam. Kemudian bibit dijemur 2-4 jam, barulah ditanam.
6.2. Pengolahan Media Tanam
1) Persiapan Lahan
Untuk mendapatkan hasil panen yang optimal harus diperhatikan syaratsyarat tumbuh yang dibutuhkan tanaman jahe. Bila keasaman tanah yang ada tidak sesuai dengan keasaman tanah yang dibutuhkan tanaman jahe, maka harus ditambah atau dikurangi keasaman dengan kapur.
2) Pembukaan Lahan
Pengolahan tanah diawali dengan dibajak sedalam kurang lebih dari 30 cm dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi tanah yang gembur atau remah dan membersihkan tanaman pengganggu. Setelah itu tanah dibiarkan 2-4 minggu agar gas-gas beracun menguap serta bibit penyakit
dan hama akan mati terkena sinar matahari. Apabila pada pengolahan tanah pertama dirasakan belum juga gembur, maka dapat dilakukan pengolahan tanah yang kedua sekitar 2-3 minggu sebelum tanam dan sekaligus diberikan pupuk kandang dengan dosis 1.500-2.500 kg.
3) Pembentukan Bedengan
Pada daerah-daerah yang kondisi air tanahnya jelek dan sekaligus untuk encegah terjadinya genangan air, sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan engan ukuran tinggi 20-30 cm, lebar 80-100 cm, sedangkan anjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan.
4) Pengapuran
Pada tanah dengan pH rendah, sebagian besar unsur-unsur hara didalamnya, Terutama fosfor (p) dan calcium (Ca) dalam keadaan tidak tersedia atau sulit diserap. Kondisi tanah yang masam ini dapat menjadi media perkembangan beberapa cendawan penyebab penyakit fusarium sp dan pythium sp. Pengapuran juga berfungsi menambah unsur kalium yang sangat diperlukan tanaman untuk mengeraskan bagian tanaman yang berkayu, merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mempertebal dinding sel buah dan merangsang pembentukan biji.
a. Derajat keasaman <> 10 ton/ha.
b. Derajat keasaman 5 (asam): kebutuhan dolomit 5.5 ton/ha.
c. Derajat keasaman 6 (agak asam): kebutuhan dolomit 0.8 ton/ha.
6.3. Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanaman
Pembudidayaan jahe secara monokultur pada suatu daerah tertentu memang dinilai cukup rasional, karena mampu memberikan produksi dan produksi tinggi. Namun di daerah, pembudidayaan tanaman jahe secara monokultur kurang dapat diterima karena selalu menimbulkan kerugian. Penanaman jahe secara tumpangsari dengan tanaman lain mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai berikut :
a. Mengurangi kerugian yang disebabkan naik turunnya harga.
b. Menekan biaya kerja, seperti: tenaga kerja pemeliharaan tanaman.
c. Meningkatkan produktivitas lahan.
d. Memperbaiki sifat fisik dan mengawetkan tanah akibat rendahnya pertumbuhan gulma (tanaman pengganggu).
Praktek di lapangan, ada jahe yang ditumpangsarikan dengan sayursayuran, seperti ketimun, bawang merah, cabe rawit, buncis dan lain-lain. Ada juga yang ditumpangsarikan dengan palawija, seperti jagung, kacang tanah dan beberapa kacang-kacangan lainnya.
2) Pembutan Lubang Tanam
Untuk menghindari pertumbuhan jahe yang jelek, karena kondisi air tanah yang buruk, maka sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan. Selanjutnya buat lubang-lubang kecil atau alur sedalam 3-7,5 cm untuk menanam bibit.
3) Cara Penanaman
Cara penanaman dilakukan dengan cara melekatkan bibit rimpang secara rebah ke dalam lubang tanam atau alur yang sudah disiapkan.
4) Perioda Tanam
Penanaman jahe sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan sekitar bulan September dan Oktober. Hal ini dimungkinkan karena tanaman muda akan membutuhkan air cukup banyak untuk pertumbuhannya.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1) Penyulaman
Sekitar 2-3 minggu setelah tanam, hendaknya diadakan untuk melihat rimpang yang mati. Bila demikian harus segera dilaksanakan penyulaman gar pertumbuhan bibit sulaman itu tidak jauh tertinggal dengan tanaman lain, maka sebaiknya dipilih bibit rimpang yang baik serta pemeliharaan yang benar.
2) Penyiangan
Penyiangan pertama dilakukan ketika tanaman jahe berumur 2-4 minggu kemudian dilanjutkan 3-6 minggu sekali. Tergantung pada kondisi tanaman pengganggu yang tumbuh. Namun setelah jahe berumur 6-7 bulan, sebaiknya tidak perlu dilakukan penyiangan lagi, sebab pada umur tersebut rimpangnya mulai besar.
3) Pembubunan
Tanaman jahe memerlukan tanah yang peredaran udara dan air dapat berjalan dengan baik, maka tanah harus digemburkan. Disamping itu tujuan pembubunan untuk menimbun rimpang jahe yang kadang-kadang muncul ke atas permukaan tanah. Apabila tanaman jahe masih muda, cukup tanah dicangkul tipis di sekeliling rumpun dengan jarak kurang lebih 30 cm. Pada bulan berikutnya dapat diperdalam dan diperlebar setiap kali pembubunan akan berbentuk gubidan dan sekaligus terbentuk sistem pengairan yang berfungsi untuk menyalurkan kelebihan air.
Pertama kali dilakukan pembumbunan pada waktu tanaman jahe berbentuk rumpun yang terdiri atas 3-4 batang semu, umumnya pembubunan dilakukan 2-3 kali selama umur tanaman jahe. Namun tergantung kepada kondisi tanah dan banyaknya hujan.
4) Pemupukan
a. Pemupukan Organik
Pada pertanian organik yang tidak menggunakan bahan kimia termasuk pupuk buatan dan obat-obatan, maka pemupukan secara organik yaitu dengan menggunakan pupuk kompos organik atau pupuk kandang dilakukan lebih sering disbanding kalau kita menggunakan pupuk buatan. Adapun pemberian pupuk kompos organik ini dilakukan pada awal pertanaman pada saat pembuatan guludan sebagai pupuk dasar sebanyak 60 – 80 ton per hektar yang ditebar dan dicampur tanah olahan. Untuk menghemat pemakaian pupuk kompos dapat juga dilakukan dengan jalan mengisi tiap-tiap lobang tanam di awal pertanaman sebanyak 0.5 – 1kg per tanaman. Pupuk sisipan selanjutnya dilakukan pada umur 2 – 3 bulan, 4 – 6 bulan, dan 8 – 10 bulan. Adapun dosis pupuk sisipan sebanyak 2 – 3 kg per tanaman. Pemberian pupuk kompos ini biasanya dilakukan setelah kegiatan penyiangan dan bersamaan dengan kegiatan pembubunan.
b. Pemupukan Konvensional
Selain pupuk dasar (pada awal penanaman), tanaman jahe perlu diberi pupuk susulan kedua (pada saat tanaman berumur 2-4 bulan). Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik 15-20 ton/ha. Pemupukan tahap kedua digunakan pupuk kandang dan pupuk buatan (urea 20 gram/pohon; TSP 10 gram/pohon; dan ZK 10 gram/pohon), serta K2O (112 kg/ha) pada tanaman yang berumur 4 bulan. Pemupukan juga dilakukan dengan pupuk nitrogen (60 kg/ha), P2O5 (50 kg/ha), dan K2O (75 kg/ha). Pupuk P diberikan pada awal tanam, pupuk N dan K diberikan pada awal tanam (1/3 dosis) dan sisanya (2/3 dosis) diberikan pada saat tanaman berumur 2 bulan dan 4 bulan. Pupuk diberikan dengan ditebarkan secara merata di sekitar tanaman atau dalam bentuk alur dan ditanam di sela-sela tanaman
5) Pengairan dan Penyiraman
Tanaman Jahe tidak memerlukan air yang terlalu banyak untuk pertumbuhannya, akan tetapi pada awal masa tanam diusahakan penanaman pada awal musim hujan sekitar bulan September;
6) Waktu Penyemprotan Pestisida
Penyemprotan pestisida sebaiknya dilakukan mulai dari saat penyimpanan bibit yang untuk disemai dan pada saat pemeliharaan. Penyemprotan pestisida pada fase pemeliharaan biasanya dicampur dengan pupuk organik cair atau vitamin-vitamin yang mendorong pertumbuhan jahe.

7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
Hama yang dijumpai pada tanaman jahe adalah:
1) Kepik, menyerang daun tanaman hingga berlubang-lubang.
2) Ulat penggesek akar, menyerang akar tanaman jahe hingga menyebabkan tanaman jahe menjadi kering dan mati.
3) Kumbang.
7.2. Penyakit
1) Penyakit layu bakeri
Gejala:
Mula-mula helaian daun bagian bawah melipat dan menggulung kemudian terjadi perubahan warna dari hijau menjadi kuning dan mengering. Kemudian tunas batang menjadi busuk dan akhirnya tanaman mati rebah. Bila diperhatikan, rimpang yang sakit itu berwarna gelap dan sedikit membusuk, kalau rimpang dipotong akan keluar lendir berwarna putih susu sampai kecoklatan. Penyakit ini menyerang tanaman jahe pada umur 3-4 bulan dan yang paling berpengaruh adalah faktor suhu udara yang dingin, genangan air dan kondisi tanah yang terlalu lembab.
Pengendalian:
§ jaminan kesehatan bibit jahe;
§ karantina tanaman jahe yang terkena penyakit;
§ pengendalian dengan pengolahan tanah yang baik;
§ pengendalian fungisida dithane M-45 (0,25%), Bavistin (0,25%)
2) Penyakit busuk rimpang
Penyakit ini dapat masuk ke bibit rimpang jahe melalui lukanya. Ia akan tumbuh dengan baik pada suhu udara 20-25 derajat C dan terus berkembang akhirnya menyebabkan rimpang menjadi busuk.
Gejala :
Daun bagian bawah yang berubah menjadi kuning lalu layu dan akhirnya tanaman mati.
Pengendalian:
§ penggunaan bibit yang sehat;
§ penerapan pola tanam yang baik;
§ penggunaan fungisida.
3) Penyakit bercak daun
Penyakit ini dapat menular dengan bantuan angin, akan masuk melalui luka maupun tanpa luka.
Gejala:
Pada daun yang bercak-bercak berukuran 3-5 mm, selanjutnya bercakbercak itu berwarna abu-abu dan ditengahnya terdapat bintik-bintik berwarna hitam, sedangkan pinggirnya busuk basah. Tanaman yang terserang bisa mati.
Pengendalian :
baik tindakan pencegahan maupun penyemprotan penyakit bercak daun sama halnya dengan cara-cara yang dijelaskan di atas.
7.3. Gulma
Gulma potensial pada pertanaman temu lawak adalah gulma kebun antara lain adalah rumput teki, alang-alang, ageratum, dan gulma berdaun lebar lainnya.
7.4. Pengendalian hama/penyakit secara organik
Dalam pertanian organik yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya melainkan dengan bahan-bahan yang ramah lingkungan biasanya dilakukan secara terpadu sejak awal pertanaman untuk menghindari serangan hama dan penyakit tersebut yang dikenal dengan PHT (Pengendalian Hama
Terpadu) yang komponennya adalah sbb:
1) Mengusahakan pertumbuhan tanaman yang sehat yaitu memilih bibit unggul yang sehat bebas dari hama dan penyakit serta tahan terhadap
serangan hama dari sejak awal pertanaman.
2) Memanfaatkan semaksimal mungkin musuh-musuh alami.
3) Menggunakan varietas-varietas unggul yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
4) Menggunakan pengendalian fisik/mekanik yaitu dengan tenaga manusia.
5) Menggunakan teknik-teknik budidaya yang baik misalnya budidaya tumpang sari dengan pemilihan tanaman yang saling menunjang, serta rotasi tanaman pada setiap masa tanamnya untuk memutuskan siklus penyebaran hama dan penyakit potensial.
6) Penggunaan pestisida, insektisida, herbisida alami yang ramah lingkungan dan tidak menimbulkan residu toksik baik pada bahan tanaman yang dipanen ma maupun pada tanah. Disamping itu penggunaan bahan ini hanya dalam keadaan darurat berdasarkan aras kerusakan ekonomi yang diperoleh dari hasil pengamatan.
Beberapa tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati dan digunakan dalam pengendalian hama antara lain adalah:
1) Tembakau (Nicotiana tabacum) yang mengandung nikotin untuk insektisida kontak sebagai fumigan atau racun perut. Aplikasi untuk serangga kecil misalnya Aphids.
2) Piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium) yang mengandung piretrin yang dapat digunakan sebagai insektisida sistemik yang menyerang urat syaraf pusat yang aplikasinya dengan semprotan. Aplikasi pada serangga seperti lalat rumah, nyamuk, kutu, hama gudang, dan lalat buah.
3) Tuba (Derris elliptica dan Derris malaccensis) yang mengandung rotenone untuk insektisida kontak yang diformulasikan dalam bentuk hembusan dan semprotan.
4) Neem tree atau mimba (Azadirachta indica) yang mengandung azadirachtin yang bekerjanya cukup selektif. Aplikasi racun ini terutama pada serangga penghisap seperti wereng dan serangga pengunyah seperti hama penggulung daun (Cnaphalocrocis medinalis). Bahan ini juga efektif untuk menanggulangi serangan virus RSV, GSV dan Tungro.
5) Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) yang bijinya mengandung rotenoid yaitu pakhirizida yang dapat digunakan sebagai insektisida dan larvasida.
6) Jeringau (Acorus calamus) yang rimpangnya mengandung komponen utama asaron dan biasanya digunakan untuk racun serangga dan pembasmi cendawan, serta hama gudang Callosobrocus.

8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Pemanenan dilakukan tergantung dari penggunaan jahe itu sendiri. Bila kebutuhan untuk bumbu penyedap masakan, maka tanaman jahe sudah bisa ditanam pada umur kurang lebih 4 bulan dengan cara mematahkan sebagian rimpang dan sisanya dibiarkan sampai tua. Apabila jahe untuk dipasarkan maka jahe dipanen setelah cukup tua. Umur tanaman jahe yang sudah bisa dipanen antara 10-12 bulan, dengan ciri-ciri
warna daun berubah dari hijau menjadi kuning dan batang semua mengering. Misal tanaman jahe gajah akan mengering pada umur 8 bulan dan akan berlangsung selama 15 hari atau lebih.
8.2. Cara Panen
Cara panen yang baik, tanah dibongkar dengan hati-hati menggunakan alat garpu atau cangkul, diusahakan jangan sampai rimpang jahe terluka. Selanjutnya tanah dan kotoran lainnya yang menempel pada rimpang dibersihkan dan bila perlu dicuci. Sesudah itu jahe dijemur di atas papan atau daun pisang kira-kira selama 1 minggu. Tempat penyimpanan harus terbuka, tidak lembab dan penumpukannya jangan terlalu tinggi melainkan agak disebar.
8.3. Periode Panen
Waktu panen sebaiknya dilakukan sebelum musim hujan, yaitu diantara bulan Juni – Agustus. Saat panen biasanya ditandai dengan mengeringnya bagian atas tanah. Namun demikian apabila tidak sempat dipanen pada musim kemarau tahun pertama ini sebaiknya dilakukan pada musim kemarau tahun berikutnya. Pemanenan pada musim hujan menyebabkan rusaknya rimpang dan menurunkan kualitas rimpang sehubungan dengan rendahnya bahan aktif karena lebih banyak kadar airnya.
8.4. Perkiraan Hasil Panen
Produksi rimpang segar untuk klon jahe gajah berkisar antara 15-25 ton/hektar, sedangkan untuk klon jahe emprit atau jahe sunti berkisar antara 10-15 ton/hektar.

9. PASCAPANEN
9.1. Penyortiran Basah dan Pencucian
Sortasi pada bahan segar dilakukan untuk memisahkan rimpang dari kotoran berupa tanah, sisa tanaman, dan gulma. Setelah selesai, timbang jumlah bahan hasil penyortiran dan tempatkan dalam wadah plastik untuk pencucian. Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika perlu disemprot dengan air bertekanan tinggi. Amati air bilasannya dan jika masih terlihat kotor lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari pencucian yang terlalu lama agar kualitas dan senyawa aktif yang terkandung didalam tidak larut dalam air. Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar kotoran dan banyak mengandung bakteri/penyakit. Setelah pencucian selesai, tiriskan dalam tray/wadah yang belubang-lubang agar sisa air cucian yang tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah plastik/ember.
9.2. Perajangan
Jika perlu proses perajangan, lakukan dengan pisau stainless steel dan alasi bahan yang akan dirajang dengan talenan. Perajangan rimpang dilakukan melintang dengan ketebalan kira-kira 5 mm – 7 mm. Setelah perajangan, timbang hasilnya dan taruh dalam wadah plastik/ember. Perajangan dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin pemotong.
9.3. Pengeringan
Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar matahari atau alat pemanas/oven. pengeringan rimpang dilakukan selama 3 - 5 hari, atau setelah kadar airnya dibawah 8%. pengeringan dengan sinar matahari dilakukan diatas tikar atau rangka pengering, pastikan rimpang tidak saling
menumpuk. Selama pengeringan harus dibolak-balik kira-kira setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata. Lindungi rimpang tersebut dari air, udara yang lembab dan dari bahan-bahan disekitarnya yang bisa mengkontaminasi. Pengeringan di dalam oven dilakukan pada suhu 50oC - 60oC. Rimpang yang
akan dikeringkan ditaruh di atas tray oven dan pastikan bahwa rimpang tidak saling menumpuk. Setelah pengeringan, timbang jumlah rimpang yang dihasilkan
9.4. Penyortiran Kering.
Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yang telah dikeringkan dengan cara memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing seperti kerikil, tanah atau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah rimpang hasil penyortiran ini (untuk menghitung rendemennya).
9.5. Pengemasan
Setelah bersih, rimpang yang kering dikumpulkan dalam wadah kantong plastik atau karung yang bersih dan kedap udara (belum pernah dipakai sebelumnya). Berikan label yang jelas pada wadah tersebut, yang menjelaskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih dan metode penyimpanannya.
9.6. Penyimpanan
Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak melebihi 30oC dan gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor, terhindar dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yang bersangkutan, memiliki penerangan yang cukup (hindari dari sinar matahari langsung), serta bersih dan terbebas dari hama gudang.

10.ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
10.1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis usaha budidaya jahe seluas 1 ha; yang dilakukan petani
pada tahun 1999 di daerah Bogor.
1) Biaya produksi
2) Bibit: 2.000 bh @ Rp. 1.700,- = Rp. 3.400.000,-
b. Pupuk
§ Pupuk buatan:
Urea 165 kg @ Rp. 1.100, = Rp. 181.500,-
TSP 160 kg @ Rp. 1800,- = Rp. 288.000,-
KCl 160 kg @ Rp. 1.600,- = Rp. 256.000,-
§ Pupuk kandang 3.000 kg @ Rp. 150,- = Rp. 750.000,-
c. Obat 20 kg @ Rp. 15.000,- Rp. 300.000,-
d. Alat Rp. 180.000,
e. Bahan (mulsa) 20.000 m @ Rp. 150,- Rp. 3.000.000,-
f. Tenaga kerja 200 OH Rp. 2.000.000,-
g. Biaya Lain-lain Rp. 1.000.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 11.355.500,-
2) Penerimaan: 10.000 bh @ 1.500,-= Rp. 15.000.000,-
3) Keuntungan usaha tani Rp. 3.644.500,-
4) Parameter kelayakan usaha
a. B/C rasio = 1,321
10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Saat ini permintaan akan jahe oleh negara importir terus mengalami peningkatan, akan tetapi permintaan tersebut belum semuanya dapat dipenuhi mengingat produksi jahe masih terserap oleh kebutuhan dalam negeri. Dilihat dari segi harga, dari tahun 1991 hingga saat ini fluktuasi harga jahe basah maupun kering boleh dikatakan stabil. Dilihat dari segi permintaan, stabilitas harga serta produksi jahe dalam negeri prosepek agrobisnis jahe sangat cerah.

11.STANDAR PRODUKSI
11.1. Ruang Lingkup
Standar meliputi jenis dan standar mutu, cara pengambilan contoh dan syarat pengemasan.
11.2. Deskripsi
Standar mutu jahe di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI– 01–3179–1992.
11.3. Klasifikasi dan Standar Mutu
Jahe diklasifikasikan menjadi 3 jenis mutu, yaitu: mutu I, II, III.
1) Syarat umum
a. Kesegaran jahe: segar
b. Rimpang bertunas: tidak ada
c. Kenampakan irisan melintang: cerah
c. Bentuk rimpang: utuh
d. Serangga hidup: bebas
2) Syarat Khusus
a. Ukuran berat:
§ mutu I > 250 gram/rimpang;
§ mutu II 150-249 gram/rimpang;
§ mutu III dicantumkan sesuai hasil analisa <10%.
b. Rimpang yang terkelupas kulitnya (rimpang/jumlah rimpang):
§ mutu I=0 %;
§ mutu II=0 %;
§ mutu III<10 %.
c. Benda asing:
§ mutu I=0 %;
§ mutu II=0 %;
§ mutu III<3 %
d. Rimpang berkapang (rimpang/jumlah rimpang):
§ mutu I=0%;
§ mutu II=0%;
§ mutu III <10%
Untuk mendapatkan jenis jahe yang sesuai dengan standar mutu dilakukan pengujian,yang meliputi:
1) Penentuan benda-benda asing
Timbanglah sejumlah contoh yang beratnya diantara 100–200 gram. Pisahkan benda-benda yang akan ditentukan persentase bobotnya dan dipindahkan pada kaca arloji yang telah ditera. Kaca arloji beserta benda asing tersebut ditimbang pada neraca analitik. Perbedaan kedua penimbang tersebut menunjukan jumlah benda asing dalam cuplikan yang diuji.
2) Penentuan kadar serat
Keringkan kira-kira 5 gram cuplikan untuk pengujian didalam sebuah oven udara listrik 105 + 1 derajat C, sampai berat tetap. Timbanglah dengan teliti kira-kira 2,5 gram bahan yang telah dikeringkan itu ke dalam sebuah thimble dan ekstraklah dengan petroleum eter (titik didih 40-60 derajat C) selama kira-kira 1 jam dengan menggunakan sebuah alat soxhlet. Pindahkan bahan yang telah bebas lemak tersebut kedalam sebuah labu berkapasitas 1 liter. Ambillah 200 ml asam sulfat encer, tempatkanlah dalam sebuah gelas piala, didihkanlaah seluruh asam yang mendidih itu kedalam labu yang telah berisi bahan bebas lemak tersebut di atas. Lengkapilah segera labu itu dengan pendingin balik yang dialiri air, dan panaskanlah sedemikian rupa sehingga labu mendidih setelah satu menit. Goyang-goyanglah labu agak sering sambil menghindari tertinggalnya bahan pada dinding labu yang tak bersentuhan dengan asam. Lanjutkanlah pendidihan selama tepat 30 menit. Tanggalkanlah labu dan saringlah melalui kain halus (kira-kira 18 serat untuk setiap sentimeter) yang ditempatkan dalam sebuah corong penyaring dan cucilah dengan air mendidih sampai cucian tidak lagi bersifat asam terhadap lakmus. Didihkanlah sejumlah larutan natrium hidroksida dengan menggunakan pendingin balik dan didihkanlah selama tepat 30 menit. Tanggalkanlah labu itu dan saringlah dengan segera dengan kain penyaring. Cucilah residum dengan baik dengan iar mendidih dan pindahkanlah kedalam krus gooch yang telah berisi lapisan tipis dan kompak asbes yang telah dipijarkan.
Cucilah residu dengan baik pertama-tama dengan air panas kemudian dengan kira-kira 15 ml etil alkohol 95%. Keringkanlah Krus Gooch dan isinya pada 105 + 1 derajat C dalam oven udara sampai berat tetap. Dinginkan dan timbanglah. Pijarkan krus Gooch tersebut pada 600 + 20 derajat C dalam tanur suhu udara tinggi sampai seluruh bahan menngandung karbon terbakar. Dinginkanlah krus Gooch yang berisi abu tersebut dalam sebuah eksikator dan timbanglah.
3) Penentuan kadar minyak
a. Timbanglah dengan teliti, mendekati 1 gram, kira-kira 35–40 gram cuplikan yang telah dipotong kecil-kecil sebelum dimasukan kedalam labu didih.
b. Tambahkanlah air sampai seluruh cuplikan tersebut terendam dan tambahkan pula ke dalamnya sejumlah batu didih.
c. Sambunglah labu didih dengan alat “Dean-Stark” sehingga dapat digunakan untuk pekerjaan destilasi dan panaskanlah labu didih tersebut beserta isinya.
Penyulingan dihentikan bila tidak ada lagi butir-butir minyak yang menetes bersama-sama air atau bila volume minyak dalam penampung tidak berubah dalam beberapa waktu. Biasanya penyulingan ini memerlukan waktu lebih kurang 6 jam. Rendamlah penampung beserta isinya kedalam air sehingga
cairan didalamnya mencapai suhu udara kamar dan ukurlah volume minyak yang tertampung.
11.4. Pengambilan Contoh
1) Pengambilan contoh
Dari jumlah kemasan dalam satu partai jahe segar siap ekspor diambil sejumlah kemasan secara acak seperti dibawah ini, dengan maksimum
berat tiap partai 20 ton.
a. Untuk jumlah kemasan dalam partai 1–100, contoh yang diambil 5.
b. Untuk jumlah kemasan dalam partai 101–300, contoh yang diambil adalah 7
c. Untuk jumlah kemasan dalam partai 301–500, contoh yang diambil adalah 9
d. Untuk jumlah kemasan dalam partai 501-1000, contoh yang diambil adalah 10
e. Untuk jumlah kemasan dalam partai di atas 1000, contoh yang diambil minimum 15.
Kemasan yang telah diambil, dituangkan isinya, kemudian diambil secara acak sebanyak 10 rimpang dari tiap kemasan sebagai contoh. Khusus untuk kemasan jahe segar berat 10 kg atau kurang, maka contoh yang diambil sebanyak 5 rimpang. Contoh yang telah diambil kemudian diuji untuk ditentukan mutunya.
2) Petugas pengambil contoh
Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang telah berpengalaman atau dilatih terlebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan suatu badan hukum.
11.5. Pengemasan
Jahe segar disajikan dalam bentuk rimpang utuh, dikemas dengan jala plastik yang kuat, dengan berat maksimum 15 kg tiap kemasan, atau dikemas dengan keranjang bambu dengan berat sesuai kesepakatan anatara penjual dan pembeli. Dibagian luar dari tiap kemasan ditulis, dengan bahan yang tidak luntur, jelas
terbaca antara lain:
§ Produk asal Indonesia
§ Nama/kode perusahaan/eksportir
§ Nama barang
§ Negara tujuan
§ Berat kotor
§ Berat bersih
§ Nama pembeli

12.DAFTAR PUSTAKA

1) Anonimous. 1994. Hasil Penelitian Dalam Rangka Pemanfaatan Pestisida Nabati. Prosiding Seminar di Bogor 1 – 2 Desember 1993. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor. 311 Hal.
2) Anonimous. 1989. Vademekum Bahan Obat Alam. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 411 Hal.
3) Anonim, Mengenal Budidaya Jahe dan Prospek Jahe, Koperasi Daar El-Kutub, Jakarta, 1999
4) ----------, Ekspor Jahe Terbentur Musim, Info Agribisnis Trubus, Nomor. 335 Hal. 32, Juni 1999
5) ----------, Investasi Agribisnis Komoditas Unggulan Tanaman Pangan dan Holtikultura, Kanisius, Yogyakarta, 1999
6) Paimin, FB. Budidaya, Pengolahan, Perdagangan Jahe, Penebar Swadaya, Jakarta, 1999
7) Koswara, S. Jahe dan Hasil Olahannya, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1995
8) Santoso, HB. Jahe Gajah, Kanisius, Yogyakarta, 1994
9) Yoganingrum, A.Paket Informasi Teknologi Budidaya dan Pasca Panen, Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah-LIPI, Jakarta, 1999
10) Paimin F.B., Murhananto, Budidaya Pengolahan Perdagangan Jahe, Penebar Swadaya, Jakarta, 1998.

Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id


Web hosting

Sponsor

Pulsa Elektrik Murah
Anda dapat melakukan Pengisian Pulsa dari Hp Pribadi Anda Selamanya - Stok Pulsa Nasional
Jasa Design Website
Jasa Design Website Murah Harga Mulai Rp 300.000,- Pesan Cepat Pelayanan Memuaskan
Loket Listrik Online
Bagi Anda yang berminat untuk buka loket pembayaran listrik, daftar sekarang...!!!
DVD Mario Teguh Rp 60.000,-
Lebih dari 70 Episode dalam 1 DVD dapat anda miliki sekarang...!!!

Produk Sawit Costarika

Produk Sawit Costarika


Harga Produk

Bibit Kecambah Sawit Costarika Rp. 290.000/box - Isi 250 Biji/box
(Belum Termasuk Ongkos Kirim)

Kami Memberikan Harga Khusus Bagi Reseller

Archive

Total Tayangan Halaman


Alexa Site Audit logotype